Sebagai bagian acara turun takhta Kaisar Jepang besok, Selasa, 30 April, dan perayaan “Minggu Emas” pada Mei, para karyawan Jepang mendapat libur panjang spesial selama 10 hari. Sesuatu yang jarang terjadi di Jepang.
Tapi di Jepang yang terkenal dengan budaya kerja keras, tak semua pekerja menyambut gembira hari libur ekstra itu, kantor berita AFP melaporkan, Senin (29/4).
“Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana mengisi waktu ketika kami tiba-tiba dapat 10 hari libur,” kata Seishu Sato, pekerja di sector keuangan berusia 31 tahun.
“Kalau Anda mau bepergian, di mana-mana pasti padat pengunjung dan biaya-biaya perjalanan sudah naik..saya mungkin tinggal di rumah orang tua saya saja,” katanya.
Survei oleh harian Asahi Shimbun menunjukkan sebanyak 45 persen warga Jepang “tidak senang” dengan libur panjang tersebut. Hanya 35 persen yang mengatakan mereka “merasa senang”.
“Saya tidak akan bisa libur. Sebaliknya, kami akan super sibuk,” kata Takeru Jo, seorang karyawan restoran pizza berusia 46 tahun.
BACA JUGA: AS Akan Beri Sanksi Kepada 5 Negara Pengimpor Minyak IranSedangkan warga Jepang lainnya yang harus bekerja selama musim liburan panjang mengeluh mengenai urusan mengasuh anak.
“Untuk orang tua yang bekerja di sektor jasa, libur 10 hari bikin sakit kepala. Semua tempat penitipan anak setelah jam sekolah tutup,” keluh seorang orang tua yang kesal dalam cuitan di Twitter.
Banyak yang berharap Tokyo dan kota-kota besar lainnya akan lengag karena banyak warga Jepang yang akan memanfaatkan libur ekstra untuk berwisata ke luar negeri.
“Sebagian besar tur-tur kami untuk masa liburan itu sudah terjual habis tahun lalu,” kata Hideki Wakamatsu, juru bicara perusahaan wisata Nippon Travel Agency. Wakamatsu menambahkan banyak calon wisatawan yang masuk dalam daftar tunggu.
Saat liburan dimulai pada Sabtu (27/8), bandara-bandara tampak padat dengan calon penumpang dan antrean panjang mengular tampak pada kereta-kereta cepat Shinkansen. Jalan-jalan tol keluar Tokyo padat dengan kendaraan keluar ibu kota.
Masih Populer
Meski warga tak acuh dengan tambahan hari libur sebagai bagian dari upacara turun takhta kaisar, keluarga kerajaan Jepang masih tetap populer di mata masyarakat Jepang.
Dalam jajak pendapat stasiun televisi NHK menemukan hampir tidak ada yang mengakui punya “perasaan antipasti terhadap” kaisar. Mayoritas mengatakan mereka punya “perasaan positif” atau “hormat” terhadap keluarga kerjaan. Hanya 22 persen mengungkapkan ketidakpedulian.
Sentimen positif itu meningkat setiap tahunnya sejak 2003, menurut jajak pendapat NHK.
BACA JUGA: Turun Takhta, Akihito Lakukan Ritual Melapor pada Dewa ShintoTakeshi Hara, profesor ilmu politik dari Univsersitas Terbuka Jepang, mengatakan hal itu akibat dari berbagai “aktivitas kesejahteraan” yang dilakukan oleh pasangan kerajaan.
“Perhatian mereka pada lansia, kaum difabel dan korban bencana alam – yang tidak dipedulikan para politisi selama tiga dasawarsa – telah menarik dukungan masyarakat,” kata Hara kepada AFP.
Menikahi kekasihnya Michiko atas dasar “cinta” juga makin meningkatkan popularitas Kaisar Akihito, kata Hara. Pernikahan Kaisar Akihito dan Michiko adalah pernikahan karena cinta yang pertama terjadi dalam sejarah kekaisaran Jepang.
Namun Hideto Tsuboi, dari Pusat Riset Internasional Studi Jepang yang berbasis di Kyoto, mengatakan salah alasan kepopuleran Akihito adalah karena dia “sadar tanggung jawab generasi pasca perang” untuk merefleksikan kekejaman Jepang pada masa perang. [ft]