Rombongan penunggang kuda Maroko, yang semua anggotanya perempuan, menantang norma dan adat istiadat yang ada dengan menampilkan seni berkuda tradisional yang sampai saat ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki.
Di peternakan Ain Khalouiya, sekitar 20 kilometer Rabat, ada tujuh ekor kuda yang dipelihara. Dipimpin oleh Bouchra Nbata, para penunggang kuda yang berkostum menampilkan seni tradisional Tbourida.
Di sebagian besar desa, pertunjukan seni Afrika Utara itu hanya khusus bagi kaum laki-laki.
Sebagian orang di Ain Khalouiya menolak menerima kelompok penunggang kuda perempuan dan kerap menyampaikan ejekan untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kehadiran mereka.
Sebagian warga lainnya mendukung, dan sepupu Nabata, Ben Zayed Mustapha, kerap membantu pertunjukkan itu.
“Laki-laki di desa kami selalu menentang gagasan pertunjukkan penunggang kuda perempuan dalam tradisi Tbourida, mereka tidak mendorong kami melakukan hal itu, mereka selalu mengejek tetapi semua hal ini tidak menimbulkan dampak pada kelompok ini. Sebaliknya mereka justru terus mengisi pertunjukkan Tbourida, menuangkan seluruh daya upaya pada pertunjukkan itu," kata Ben.
Nabata, yang berusia 30 tahun, belajar mencintai kuda dan seni Tbourida dari kakeknya ketika ia baru saja berusia 10 tahun.
“Kakek saya yang membuat saya mencintai pertunjukkan berkuda Tbourida. Ia mengajarkan saya aturan Tbourida. Meskipun menghadapi kesulitan dan masalah, saya dapat menanggung semua itu dan sebaliknya hambatan-hambatan ini, ejekan yang kami alami – yang mungkin dapat dinilai sebagai pelecehan verbal – saya justru mencintai Tbourida, lagi dan lagi," kata Nabata.
Segera setelah bangun pagi, ia membawa tujuh ekor kuda keluar dari kandang supaya terpapar sinar matahari dan udara segar. Ia kemudian kembali ke kandang untuk membersihkannya, tentu saja dibantu oleh beberapa anggota pertunjukkan seni mereka.
BACA JUGA: Tak Indahkan Tabu, Perempuan Nigeria Belajar Bela DiriSangat penting untuk memelihara kuda dan menjaga kebersihan kandang mereka, ujarnya. “Kuda-kuda ini memiliki tempat khusus di hati saya. Saya tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata,” tambahnya.
Haouzia Riders, yang dibentuk tahun 2007, beranggotakan perempuan berusia 20 dan 30 tahun.
Sebelum ikut serta dalam pertunjukkan, anggota-anggota tim itu bersama-sama melakukan persiapan, pertama dengan memeriksa kuda-kuda itu dan memasang pelananya.
Sebagai pemimpin, Nabata harus menyampaikan informasi dan nasehat kepada para penunggang kuda, dan bersama-sama mereka merencanakan apa yang akan dilakukan pada hari tersebut.
"Hubungan kami dengan pemimpin kami didasarkan pada rasa hormat. Kami menghormatinya dan ia menghormati kami. Selama latihan, ia menganggap kami sebagai saudara, ia membuat kami mencintai Tbourida dan kuda-kuda itu. Ia mengajar kami hal-hal sederhana yang dapat dengan mudah dipahami semua anggota," kata salah seorang anggota Haouzia Riders, Bouchra Bahtine
Para penunggang kuda akan mengenakan kostum, tetapi sebagai pemimpin kelompok, Nabata mengenakan kostum berbeda, sesuatu yang dikenakan seluruh pemimpin pertunjukkan tradisional itu.
Kini kelompok penunggang kuda ini tidak lagi tampil karena seluruh pertunjukan dan festival telah ditangguhkan akibat perebakan pandemi virus corona.
“Musim panas adalah saat di mana banyak festival diselenggarakan. Tetapi pandemi virus corona membuat semua festival ditangguhkan dan kami harus tinggal bersama kuda-kuda itu di rumah. Sementara untuk pertunjukkan menunggang kuda ini, sesekali saya berusaha menerima anggota-anggota baru.” [em/jm]