Debat Cawapres AS: Walz dan Vance Beda Pendapat Soal Isu Timur Tengah 

Kombinasi foto yang menunjukkan cawapres AS dari Partai Republik JD Vance (kiri) dan cawapres dari Partai Demokrat Tim Walz dalam sesi debat cawapres yang digelar di New York, pada 1 Oktober 2024. (Foto: Reuters/Mike Segar)

Calon wakil presiden AS dari Partai Demokrat, Tim Walz, mempertanyakan kelayakan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, untuk memangku jabatan tersebut dalam debat wakil presiden pada Selasa (1/10). Walz menyebut mantan Presiden Trump terlalu tidak stabil di kala krisis di Timur Tengah tengah berlangsung.

Lawannya dari Partai Republik, JD Vance, menanggapi dengan menegaskan bahwa Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya sejak 2017 hingga 2021.

Di tengah serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Hizbullah di Lebanon selatan dan serangan rudal balasan Iran pada hari Selasa, meningkatnya konflik Timur Tengah yang kembali pecah hampir setahun yang lalu, ketika kelompok militan Hamas menyerang Israel, menjadi topik pertama dalam debat cawapres, memberi kedua pria tersebut kesempatan untuk menguraikan kebijakan luar negeri masing-masing.

BACA JUGA: Netanyahu: 'Iran Membuat Kesalahan Besar dan akan Membayarnya' 

Ketika ditanya apakah ia akan mendukung serangan lebih dulu oleh Israel terhadap Iran, Vance menyatakan akan menghormati keputusan Israel, sementara Walz tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan lugas.

Walz justru beralih mengkritik Trump karena membatalkan kesepakatan nuklir Iran. Kesepakatan tahun 2015, yang ditinggalkan AS di bawah pemerintahan Trump pada tahun 2018, telah membatasi pengayaan uranium Iran pada kemurnian 3,67% dan membatasi persediaan materialnya pada 202,8 kilogram – batas yang telah jauh dilampaui Teheran sejak kesepakatan itu diabaikan Amerika.

Walz, 60, gubernur negara bagian Minnesota berhaluan liberal yang seorang mantan guru SMA, dan Vance, 40, penulis buku terlaris sekaligus senator AS penuh semangat berhaluan konservatif dari negara bagian Ohio, menggambarkan diri mereka sebagai dua putra dari jantung Amerika di wilayah Midwest dengan pandangan yang sangat berlawanan tentang berbagai isu penting di negara itu. [rd/rs]