Lebih dari delapan juta orang dengan HIV di dunia telah mendapatkan terapi obat antiretroviral, atau naik 20 persen dalam satu tahun terakhir.
Lebih dari delapan juta orang dengan HIV di dunia telah mendapatkan terapi obat antiretroviral, atau naik 20 persen dalam satu tahun terakhir, seperti yang dilansir dalam laporan terbaru badan PBB gabungan untuk program HIV/AIDS, UNAIDS.
Laporan yang dirilis pada Konferensi AIDS International ke-19 di Washington, DC, tersebut mengemukakan bahwa ada hampir 1,4 juta pasien HIV baru dalam setahun terakhir. Menurut laporan yang berjudul Bersama Mengakhiri AIDS itu, sekarang ini ada lebih dari 34 juta orang hidup dengan HIV di dunia. Angka tersebut merupakan yang paling besar selama ini berkat ketersediaan obat penyelamat nyawa yang tersedia lebih luas.
“Saya pribadi percaya bahwa sekarang adalah era baru. Era baru untuk pengobatan, dan era baru untuk pencegahan. Menurut pendapat saya pribadi, saat ini juga adalah awal perjalanan ke arah titik nol,” ujar Michel Sidibe, direktur eksekutif UNAIDS.
Ia menambahkan bahwa saat ini merupakan era baru tanggung jawab dan akuntabilitas bersama, serta solidaritas global.
“Tiga hal ini merupakan pilar yang tidak hanya akan membentuk diskusi kita selama beberapa hari ke depan, namun juga membentuk respon kita pada hari-hari dan tahun mendatang,” tutur Sidibe.
Ia mengungkapkan bahwa uang yang digunakan untuk mengatasi HIV/AIDS telah digunakan dengan baik. Investasi global untuk HIV mencampai hampir US$17 miliar pada 2011.
“Kami terus-terusan membahas efektivitas biaya, efisiensi, pengurangan biaya untuk memproduksi apa pun. Kami mencoba untuk menjamin bahwa kerangka kerja dan kerangka investasi yang kami gunakan bersama dengan banyak negara menjadi lebih cermat,” ujar Sidibe.
Negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah telah secara signifikan meningkatkan investasi mereka untuk melawan epidemi tersebut. Untuk pertama kalinya, pengeluaran domestik untuk penyakit tersebut sekarang lebih besar dari investasi internasional. Sebagai contoh, Afrika Selatan menganggarkan $2 miliar tahun lalu.
Sebagian besar dana internasional untuk pengobatan, riset dan pencegahan datang dari Rencana Darurat Presiden untuk Bantuan AIDS (President’s Emergency Plan for AIDS Relief, PEPFAR) dan Dana Global untuk Melawan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (Global Fund to Fight AIDS, Tuberkulosis and Malaria).
Koordinator AIDS Global di AS, Dr. Eric Goosby, yang bertanggung jawab atas PEPFAR, mengatakan, “Alokasi dan prioritas sumber daya kami, yang telah bergeser lebih dari tiga tahun terakhir karena kami secara agresif mencoba melembagakannya dalam program-program PEPFAR, telah mulai memperlihatkan hasil yang positif. Kami telah bergerak pada populasi risiko tinggi, menargetkan populasi-populasi kunci, untuk meyakinkan bahwa mereka teridentifikasi dalam kondisi yang aman, di tempat yang aman, yang memungkinkan mereka mendapatkan perawatan secara terus menerus dalam waktu lama.”
PEPFAR bekerja lewat kemitraan dengan pemerintah-pemerintah tingkat nasional, yang membuat mereka memiliki kesempatan untuk merancang program.
“Saya kira angka-angka yang dipresentasikan UNAIDS kepada dunia meyakinkan saya bahwa kami ada di posisi untuk mengetahui, mengawasi dan memahami setiap data baru. Dan saya kira kami telah bergerak jauh lebih gesit dalam beberapa tahun terakhir ini terkait kemampuan kami untuk mereposisi program-program kami,” ujar Goosby.
Namun menurut UNAIDS, masih banyak sekali yang harus dilakukan dan miliaran dollar dana masih diperlukan untuk terus berjuang.
UNAIDS melaporkan bahwa 1,7 juta orang meninggal karena penyakit yang terkait dengan AIDS pada 2011. Angka ini turun 24 persen dari puncaknya pada 2005. Tuberkulosis (TB) masih merupakan sebab utama kematian di antara orang-orang yang hidup dengan HIV, karena sistem imunitas yang melemah membuat mereka lebih rentan infeksi. Jumlah orang yang baru terkena infeksi HIV mencapai, 2,5 juta orang tahun lalu.
Selain itu, anak muda berumur antara 15 dan 24 tahun mencapai 40 persen dari semua orang dewasa yang baru terinfeksi HIV, dan sebagian besar dari yang terkena infeksi tersebut adalah perempuan muda. Survei-survei menunjukkan bahwa masih banyak anak muda yang kurang memiliki pengetahuan mengenai pencegahan dan transmisi HIV.
Orang dengan HIV positif di beberapa bagian Asia dan Eropa Timur juga masih kurang mendapat akses untuk pengobatan. Tingkat infeksi juga meningkat antara pria yang berhubungan seks dengan pria, pengguna narkoba jarum suntik dan pekerja seks.
Meskipun demikian, laporan UNAIDS mengatakan bahwa usaha-usaha yang dilakukan berjalan dengan semestinya untuk mencapai target mengobati 15 juta orang pada 2015.
Laporan yang dirilis pada Konferensi AIDS International ke-19 di Washington, DC, tersebut mengemukakan bahwa ada hampir 1,4 juta pasien HIV baru dalam setahun terakhir. Menurut laporan yang berjudul Bersama Mengakhiri AIDS itu, sekarang ini ada lebih dari 34 juta orang hidup dengan HIV di dunia. Angka tersebut merupakan yang paling besar selama ini berkat ketersediaan obat penyelamat nyawa yang tersedia lebih luas.
“Saya pribadi percaya bahwa sekarang adalah era baru. Era baru untuk pengobatan, dan era baru untuk pencegahan. Menurut pendapat saya pribadi, saat ini juga adalah awal perjalanan ke arah titik nol,” ujar Michel Sidibe, direktur eksekutif UNAIDS.
Ia menambahkan bahwa saat ini merupakan era baru tanggung jawab dan akuntabilitas bersama, serta solidaritas global.
“Tiga hal ini merupakan pilar yang tidak hanya akan membentuk diskusi kita selama beberapa hari ke depan, namun juga membentuk respon kita pada hari-hari dan tahun mendatang,” tutur Sidibe.
Ia mengungkapkan bahwa uang yang digunakan untuk mengatasi HIV/AIDS telah digunakan dengan baik. Investasi global untuk HIV mencampai hampir US$17 miliar pada 2011.
“Kami terus-terusan membahas efektivitas biaya, efisiensi, pengurangan biaya untuk memproduksi apa pun. Kami mencoba untuk menjamin bahwa kerangka kerja dan kerangka investasi yang kami gunakan bersama dengan banyak negara menjadi lebih cermat,” ujar Sidibe.
Negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah telah secara signifikan meningkatkan investasi mereka untuk melawan epidemi tersebut. Untuk pertama kalinya, pengeluaran domestik untuk penyakit tersebut sekarang lebih besar dari investasi internasional. Sebagai contoh, Afrika Selatan menganggarkan $2 miliar tahun lalu.
Sebagian besar dana internasional untuk pengobatan, riset dan pencegahan datang dari Rencana Darurat Presiden untuk Bantuan AIDS (President’s Emergency Plan for AIDS Relief, PEPFAR) dan Dana Global untuk Melawan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (Global Fund to Fight AIDS, Tuberkulosis and Malaria).
Koordinator AIDS Global di AS, Dr. Eric Goosby, yang bertanggung jawab atas PEPFAR, mengatakan, “Alokasi dan prioritas sumber daya kami, yang telah bergeser lebih dari tiga tahun terakhir karena kami secara agresif mencoba melembagakannya dalam program-program PEPFAR, telah mulai memperlihatkan hasil yang positif. Kami telah bergerak pada populasi risiko tinggi, menargetkan populasi-populasi kunci, untuk meyakinkan bahwa mereka teridentifikasi dalam kondisi yang aman, di tempat yang aman, yang memungkinkan mereka mendapatkan perawatan secara terus menerus dalam waktu lama.”
PEPFAR bekerja lewat kemitraan dengan pemerintah-pemerintah tingkat nasional, yang membuat mereka memiliki kesempatan untuk merancang program.
“Saya kira angka-angka yang dipresentasikan UNAIDS kepada dunia meyakinkan saya bahwa kami ada di posisi untuk mengetahui, mengawasi dan memahami setiap data baru. Dan saya kira kami telah bergerak jauh lebih gesit dalam beberapa tahun terakhir ini terkait kemampuan kami untuk mereposisi program-program kami,” ujar Goosby.
Namun menurut UNAIDS, masih banyak sekali yang harus dilakukan dan miliaran dollar dana masih diperlukan untuk terus berjuang.
UNAIDS melaporkan bahwa 1,7 juta orang meninggal karena penyakit yang terkait dengan AIDS pada 2011. Angka ini turun 24 persen dari puncaknya pada 2005. Tuberkulosis (TB) masih merupakan sebab utama kematian di antara orang-orang yang hidup dengan HIV, karena sistem imunitas yang melemah membuat mereka lebih rentan infeksi. Jumlah orang yang baru terkena infeksi HIV mencapai, 2,5 juta orang tahun lalu.
Selain itu, anak muda berumur antara 15 dan 24 tahun mencapai 40 persen dari semua orang dewasa yang baru terinfeksi HIV, dan sebagian besar dari yang terkena infeksi tersebut adalah perempuan muda. Survei-survei menunjukkan bahwa masih banyak anak muda yang kurang memiliki pengetahuan mengenai pencegahan dan transmisi HIV.
Orang dengan HIV positif di beberapa bagian Asia dan Eropa Timur juga masih kurang mendapat akses untuk pengobatan. Tingkat infeksi juga meningkat antara pria yang berhubungan seks dengan pria, pengguna narkoba jarum suntik dan pekerja seks.
Meskipun demikian, laporan UNAIDS mengatakan bahwa usaha-usaha yang dilakukan berjalan dengan semestinya untuk mencapai target mengobati 15 juta orang pada 2015.