Delegasi dari Yunani dan Turki bertemu di Athena, Senin (22/4) sebagai bagian dari upaya lama untuk memperbaiki hubungan yang kerap tegang antara kedua negara bertetangga itu. Pertemuan itu berlangsung beberapa hari setelah Turki menyatakan berkeberatan atas rencana Yunani untuk menetapkan cagar alam laut di Laut Ionia dan Laut Aegea.
Dua negara yang bersaing di kawasan ini adalah sekutu di NATO. Tetapi selama puluhan tahun kedua negara itu kerap berselisih terkait beberapa isu, termasuk di antaranya klaim teritorial di Aegea dan hak melakukan pengeboran di Laut Tengah, serta pernah tiga kali di ambang perang dalam 50 tahun ini. Sengketa mengenai hak-hak eksplorasi energi pada tahun 2020 menyebabkan kapal-kapal perang kedua negara saling berhadapan di lepas pantai Laut Tengah.
Pertemuan hari Senin di Kementerian Pertahanan di Athena ini dijadwalkan untuk membahas langkah-langkah membangun kepercayaan, setelah pertemuan serupa di Ankara November lalu.
Kedua negara telah terlibat dalam proses membangun kepercayaan selama bertahun-tahun, dalam upaya mencari kesamaan pandangan mengenai serangkaian isu penting sebagai cara untuk meningkatkan hubungan.
Pertemuan ini berlangsung menjelang rencana pembicaraan di Ankara pada 13 Mei antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan PM Yunani Kyriakos Mitsotakis. Hubungan yang tegang telah membaik secara berarti selama setahun ini, ketika Erdogan mengunjungi Athena pada Desember lalu dan meneken serangkaian perjanjian perdagangan, energi dan pendidikan.
Tetapi pengumuman Mitsotakis pekan lalu bahwa Yunani akan menetapkan dua cagar laut untuk melindungi mamalia laut dan burung satu di Laut Ionia di Yunani Barat dan satu lagi di Aegea di bagian tengah telah membuat berang Turki.
Omer Celik, juru bicara partai berkuasa pimpinan Erdogan, pekan lalu mengatakan bahwa Ankara mempertimbangkan pembentukan taman laut itu sebagai “suatu langkah yang menyabotase proses normalisasi” hubungan, dan mengatakan Turki “sama sekali tidak akan membiarkan tindakan terhadap deklarasi taman laut di Laut Aegea.”
Mitsotakis, yang berbicara pekan lalu setelah pertemuan para pemimpin Eropa di Brussels, menyatakan terkejut dengan apa yang ia sebut sebagai “reaksi Turki yang sama sekali tidak dapat dibenarkan terhadap prakarsa yang pada akhirnya ramah lingkungan.”
PM Yunani itu mengatakan perkembangan hubungan antara Yunani dan Turki belakangan ini “tak terbantahkan dan terukur,” tetapi ini bukan berarti Turki telah mengubah sikapnya terhadap penetapan zona-zona maritim di Aegea dan bagian timur Laut Tengah.
“Posisi-posisi ini tetap merupakan posisi-posisi yang sangat bermasalah bagi negara kita,” kata Mitsotakis. “Tetapi ini tidak menghalangi kami untuk dapat berbicara, menciptakan iklim umum yang baik dan berinvestasi lebih banyak pada agenda positif, dan lebih sedikit pada isu-isu yang memecah belah kita dan yang jelas-jelas tidak kita sepakati.”
Delegasi Turki pada pembicaraan hari Senin dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Burak Akcapar, sedangkan delegasi Yunani dipimpin oleh Duta Besar Theocharis Lalakos, kata Kementerian Pertahanan Yunani. [uh/ns]