Kasus dimensia mungkin akan menjadi tiga kali lipat pada tahun 2050 dengan dunia yang semakin menua.
Demensia adalah hilangnya kemampuan mental disebabkan oleh gangguan otak yang mempengaruhi memori, daya pikir, perilaku dan penilaian. Penyebab paling umum dari demensia, terutama pada orang tua, adalah penyakit Alzheimer. Hal ini mengakibatkan sampai 70% kasus demensia. Di seluruh dunia diperkirakan 36 juta orang hidup dengan demensia. Sebuah laporan baru memperkirakan jumlah itu akan meningkat menjadi lebih dari 115 juta pada tahun 2050.
Laporan ini diambil dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Penyakit Alzheimer Internasional. Marc Wortmann adalah direktur eksekutif dari 78 organisasi asosiasi Alzheimer. Ia mengatakan, “Saat ini dalam setiap empat detik terdapat penderita baru demensia di dunia. Sepuluh tahun yang lalu, terdapat satu kasus tiap tujuh detik, jadi penyakit ini telah berkembang dengan cepat. Jika kita proyeksikan ke depan, mungkin akan ada satu kasus baru setiap detik pada tahun 2050. Kita perlu bertindak. Kita perlu melakukan sesuatu untuk menghentikan epidemi ini."
Jumlah penderita di negara-negara berkembang yang padat penduduk diperkirakan meningkat karena lebih banyak orang hidup lebih lama. Laporan itu mengatakan lebih dari setengah dari mereka yang menderita demensia sekarang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah ini kemungkinan akan meningkat menjadi lebih dari tujuh puluh persen pada tahun 2050.
Orang hidup lebih lama karena perawatan kesehatan yang lebih baik dan meningkatnya kemakmuran. Namun laporan tersebut mengatakan demensia bukan merupakan hal yang normal dalam proses menjadi tua.
Martin Prince adalah profesor di Kings College London. Dia mengatakan banyak orang secara keliru percaya bahwa demensia dan penyakit Alzheimer tidak merupakan masalah di negara-negara miskin. Ia mengatakan, "Beberapa penelitian telah dilakukan baru-baru ini di Afrika Barat, yang, saya pikir harus diluruskan karena memberikan kesan bahwa penyakit Alzheimer sangat jarang di kalangan orang Afrika. Disana terdapat lebih sedikit manula karena harapan hidup mereka lebih pendek, terutama diakibatkan oleh merebaknya HIV. Namun diantara orangyang hidup sampai usia tua, prevalensi demensia terlihat cukup mirip dengan yang terjadi di negara berpenghasilan tinggi.”
Dunia saat ini menghabiskan lebih dari enam ratus miliar dolar per tahun untuk mengobati dan merawat penderita demensia. Namun WHO mengatakan hanya delapan negara saat ini memiliki program nasional untuk mengatasi demensia.
Ini mendesak upaya yang lebih besar untuk mengidentifikasi demensia dini, mendidik masyarakat dan memberikan perawatan yang lebih baik. Demensia mungkin tidak dapat disembuhkan, tetapi para pejabat kesehatan mengatakan banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kehidupan penderita, dan mendukung keluarga dan orang yang merawat mereka.
Laporan ini diambil dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Penyakit Alzheimer Internasional. Marc Wortmann adalah direktur eksekutif dari 78 organisasi asosiasi Alzheimer. Ia mengatakan, “Saat ini dalam setiap empat detik terdapat penderita baru demensia di dunia. Sepuluh tahun yang lalu, terdapat satu kasus tiap tujuh detik, jadi penyakit ini telah berkembang dengan cepat. Jika kita proyeksikan ke depan, mungkin akan ada satu kasus baru setiap detik pada tahun 2050. Kita perlu bertindak. Kita perlu melakukan sesuatu untuk menghentikan epidemi ini."
Jumlah penderita di negara-negara berkembang yang padat penduduk diperkirakan meningkat karena lebih banyak orang hidup lebih lama. Laporan itu mengatakan lebih dari setengah dari mereka yang menderita demensia sekarang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah ini kemungkinan akan meningkat menjadi lebih dari tujuh puluh persen pada tahun 2050.
Orang hidup lebih lama karena perawatan kesehatan yang lebih baik dan meningkatnya kemakmuran. Namun laporan tersebut mengatakan demensia bukan merupakan hal yang normal dalam proses menjadi tua.
Martin Prince adalah profesor di Kings College London. Dia mengatakan banyak orang secara keliru percaya bahwa demensia dan penyakit Alzheimer tidak merupakan masalah di negara-negara miskin. Ia mengatakan, "Beberapa penelitian telah dilakukan baru-baru ini di Afrika Barat, yang, saya pikir harus diluruskan karena memberikan kesan bahwa penyakit Alzheimer sangat jarang di kalangan orang Afrika. Disana terdapat lebih sedikit manula karena harapan hidup mereka lebih pendek, terutama diakibatkan oleh merebaknya HIV. Namun diantara orangyang hidup sampai usia tua, prevalensi demensia terlihat cukup mirip dengan yang terjadi di negara berpenghasilan tinggi.”
Dunia saat ini menghabiskan lebih dari enam ratus miliar dolar per tahun untuk mengobati dan merawat penderita demensia. Namun WHO mengatakan hanya delapan negara saat ini memiliki program nasional untuk mengatasi demensia.
Ini mendesak upaya yang lebih besar untuk mengidentifikasi demensia dini, mendidik masyarakat dan memberikan perawatan yang lebih baik. Demensia mungkin tidak dapat disembuhkan, tetapi para pejabat kesehatan mengatakan banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kehidupan penderita, dan mendukung keluarga dan orang yang merawat mereka.