Seorang demonstran antiperang, pada Senin (14/3), menginterupsi program berita utama di TV Channel One milik pemerintah Rusia, dengan mengangkat kertas besar yang berisi slogan-slogan yang mencela perang di Ukraina, di belakang seorang penyiar televisi.
Poster yang dalam bahasa Inggris dan Rusia itu bertuliskan “NO WAR. Hentikan perang. Jangan percaya propaganda. Mereka bohong pada Anda di sini.” Tulisan lain menunjukkan kalimat seperti “warga Rusia menentang perang” yang sebagian dikaburkan.
BACA JUGA: New York Times Putuskan Mundur dari RusiaProtes luar biasa ini terjadi pada hari ke-19 invasi Rusia, hal yang oleh pemerintah Rusia sebut sebagai “operasi militer khusus.”
“Hentikan perang. Katakan tidak pada perang,” teriak demonstran perempuan itu, sementara pembawa berita terus melanjutkan membaca berita dari teleprompter-nya. Demonstran itu dapat dengan jelas terlihat dan terdengar selama beberapa detik sebelum saluran itu memindahkan informasi ke laporan lain, untuk menariknya keluar dari layar kaca.
Juru bicara pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny, Kira Yarmysh mencuit di Twitter “gadis itu keren!” Ia juga memasang video insiden itu, yang hingga saat laporan ini diturunkan telah disaksikan lebih dari empat juta kali.
Stasiun televisi pemerintah merupakan sumber berita utama bagi jutaan warga Rusia dan mengikuti garis kebijakan pemerintah Rusia, yang menyatakan bahwa negara itu terpaksa mengambil tindakan terhadap Ukraina untuk mendemiliterisasi dan “denazifikasi,” serta membela penutur bahasa Rusia di sana dari ancaman “genosida.”
Ukraina dan sebagian besar dunia telah mengutuk pernyataan itu sebagai dalih palsu untuk melakukan invasi terhadap sebuah negara demokratis.
OVD-Info, sebuah kelompok pemantau protes independen, dan Kepala Kelompok HAM Agora, mengidentifikasi demonstran perempuan itu sebagai Marina Ovsyannikova, yang merupakan staf saluran televisi itu.
BACA JUGA: Brent Renaud, Jurnalis Handal AS yang Tewas di UkrainaKepala Agora Pavel Chikov mengatakan Marina telah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi Moskow.
Mengutip sumber-sumber penegak hukum, kantor berita Tass melaporkan Marina mungkin menghadapi tuntutan di bawah undang-undang yang melarang mendiskreditkan angkatan bersenjata.
Parlemen Rusia pada 14 Maret lalu mengesahkan sebuah undang-undang yang membuat setiap tindakan publik yang bertujuan “mendiskreditkan” tentara Rusia secara ilegal, menyebarluaskan berita palsu, atau “penyebaran informasi palsu yang disengaja tentang penggunaan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia” dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun. [em/lt]