Demonstran di Iran, pada Senin (5/12), memulai aksi mogok nasional yang akan berlangsung selama tiga hari. Aksi tersebut merupakan bagian dari gelombang protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi-Iran yang meninggal pada 16 September lalu dalam tahanan polisi moral, tiga hari setelah ditangkap polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Para demonstran menyerukan kepada para pemilik toko di seluruh Iran untuk menutup bisnis mereka hingga Rabu (7/12) guna mewujudkan reformasi pemerintah.
BACA JUGA: Menlu Iran Tuduh AS dan Negara Barat Coba Picu KerusuhanKantor berita Reuters melaporkan beberapa video yang diposting di media sosial pada Senin, yang menunjukkan penutupan toko-toko di kawasan komersil di beberapa kota, termasuk di Teheran, Karaj, Isfahan, Mashhad, Tabriz, dan Shiraz.
Associated Press juga melaporkan tutupnya sepertiga toko di area Grand Bazaar di Teheran.
Sejumlah saksi mata mengatakan polisi anti huru-hara dikerahkan secara besar-besaran ke pusat kota Teheran.
Kepala Urusan Kehakiman Iran Gholamhossein Mohseni-Ejei memerintahkan untuk menangkap siapa pun yang mendorong pemilik toko menutup bisnis mereka.
Pemogokkan berlangsung ketika terjadi kebingungan atas status polisi moral Iran, yang memberlakukan aturan ketat pada pakaian perempuan.
Mengutip pernyataan Kepala Jaksa Iran Mohammad Jafar Montazeri, kantor berita semi-resmi ISNA pada Sabtu (3/12) lalu melaporkan bahwa polisi moral “telah dibubarkan.”
Namun para aktivis menyampaikan keraguan mereka akan hal itu. Menjelang Minggu (4/12) malam, media pemerintah Al Alam mengeluarkan laporan bahwa pengadilan di mana Montazeri berada tidak mengawasi keberadaan polisi moral. Pejabat-pejabat pemerintah Iran belum menanggapi hal tersebut secara terbuka. [em/jm]
Sebagian informasi dalam artikel ini diambil dari Reuters, AFP, dan Associated Press