Para pengunjuk rasa di ibu kota keuangan India, Mumbai, pada hari Senin (27/6) menuntut pembebasan seorang pengkritik Perdana Menteri India Narendra Modi yang ditangkap pada akhir pekan karena dicurigai memalsukan dokumen tentang kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2002.
Teesta Setalvad dituduh mengajari para saksi, memalsukan dokumen dan memalsukan barang bukti dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan kerusuhan di Gujarat, ketika Modi menjadi kepala menteri negara bagiannya, menurut dokumen polisi yang dilihat Reuters.
Salah seorang pengacara Setalvad tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai tanggapan.
BACA JUGA: Protes Kebijakan Rekrutmen Militer, Demonstrasi di India Bergulir Jadi KerusuhanModi dituduh gagal menghentikan kerusuhan, ketika setidaknya 1.000 orang tewas di bawah pengawasannya. Ia menyangkal tuduhan itu dan dibebaskan dalam sebuah penyelidikan Mahkamah Agung India tahun 2012. Pekan lalu, Mahkamah Agung menolak petisi lain yang mempertanyakan pembebasannya.
Setalvad, pegiat HAM terkemuka, ditangkap di kediamannya di Mumbai hari Sabtu (25/6) oleh polisi negara bagian Gujarat, dibawa ke negara bagian tetangga, ditangkap secara resmi dan ditahan polisi hingga 2 Juli mendatang.
“Hanya karena aktivis seperti dia berjuang di pengadilan, tidak berarti mereka harus dipenjara,” kata Nooruddin Naik, salah seorang pengunjuk rasa, kepada Reuters.
Para pengunjuk rasa membawa poster dan plakat dukungan bagi Setalvad dengan seruan melawan Modi dan partainya, BJP.
Sementara “Teesta” menjadi trending topic Twitter teratas hari Senin (27/6).
Penangkapannya dikecam secara internasional, dan Mary Lawlor, Pelapor Khusus PBB untuk Pembela Hak Asasi Manusia, mengatakan dirinya “sangat prihatin” atas penahanan Setalvad.
“Teesta adalah suara yang kuat dalam melawan kebencian dan diskriminasi. Membela HAM bukanlah kejahatan. Saya menyerukan pembebasannya dan diakhirinya penganiayaan oleh negara India,” katanya dalam sebuah cuitan. [rd/jm]