Di Thailand, yang dikuasai junta militer, tindakan sederhana, membaca di depan umum telah menjadi tindakan perlawanan.
Sabtu malam di Bangkok, 10 hari setelah tentara merebut kekuasaan dalam kudeta, sekitar selusin orang berkumpul di tengah-tengah jembatan yang sibuk, dan tinggi, yang menghubungkan beberapa pusat perbelanjaan paling mewah di ibukota itu.
Sementara pejalan lalu lalang, demonstran duduk, mengeluarkan buku-buku seperti karangan George Orwell berjudul "Nineteen Eighty-Four," sebuah novel distopia tentang kehidupan dalam negara dengan pengawasan totaliter dan mulai membaca.
Di negara di mana tentara bersumpah menindak demonstran anti-kudeta yang menuntut pemilu dan dipulihkannya pemerintahan sipil, di tempat di mana Anda bisa ditahan hanya gara-gara memegang sesuatu yang berbunyi "Peace Please" di bagian kota yang salah, pertemuan kecil itu adalah tindakan pembangkangan, demonstrasi diam melawan tentara yang merebut kekuasaan pada 22 Mei lalu dan penindasan yang menyertainya.
Sementara pejalan lalu lalang, demonstran duduk, mengeluarkan buku-buku seperti karangan George Orwell berjudul "Nineteen Eighty-Four," sebuah novel distopia tentang kehidupan dalam negara dengan pengawasan totaliter dan mulai membaca.
Di negara di mana tentara bersumpah menindak demonstran anti-kudeta yang menuntut pemilu dan dipulihkannya pemerintahan sipil, di tempat di mana Anda bisa ditahan hanya gara-gara memegang sesuatu yang berbunyi "Peace Please" di bagian kota yang salah, pertemuan kecil itu adalah tindakan pembangkangan, demonstrasi diam melawan tentara yang merebut kekuasaan pada 22 Mei lalu dan penindasan yang menyertainya.