Demonstran yang marah pada Minggu (3/11) meninggalkan jejak tangan merah di pintu masuk gedung-gedung pemerintah di ibu kota Serbia untuk menuntut penangkapan para pejabat, dua hari setelah atap beton runtuh di sebuah stasiun kereta api, menewaskan 14 orang dan melukai tiga lainnya.
Polisi membentuk barisan di luar kantor Kementerian Konstruksi dan Infrastruktur di pusat Kota Beograd saat ribuan orang menuntut para menteri senior pemerintah, termasuk Perdana Menteri Milos Vucevic, untuk segera mengundurkan diri.
Kanopi beton yang membentang di sepanjang bagian depan stasiun kereta api di Kota Novi Sad, Serbia utara, runtuh tiba-tiba pada Jumat, menimpa orang-orang yang sedang duduk di bangku atau melewati pintu masuk gedung. Rekaman kamera pengawas menunjukkan atap itu runtuh dalam hitungan detik.
Korban tewas termasuk seorang gadis berusia 6 tahun. Ketiga korban luka, yang berusia antara 18 dan 24 tahun, semuanya harus diamputasi anggota tubuhnya. Mereka masih dalam kondisi serius pada hari Minggu, kata dokter.
Upacara pemakaman bagi para korban, yang dihadiri oleh ribuan orang, telah diadakan di Serbia utara.
Stasiun kereta api tersebut telah direnovasi dua kali dalam beberapa tahun terakhir, dan para kritikus pemerintah populis Serbia mengaitkan bencana tersebut dengan korupsi yang merajalela, kurangnya transparansi, dan renovasi yang ceroboh. Renovasi tersebut merupakan bagian dari kesepakatan yang lebih luas dengan perusahaan konstruksi China.
Para pejabat bersikeras bahwa atap yang runtuh itu bukanlah bagian dari pekerjaan renovasi, yang menunjukkan bahwa itulah alasan runtuhnya atap tersebut, tetapi tidak memberikan penjelasan mengapa renovasi tidak dilakukan.
Stasiun kereta api Novi Sad awalnya dibangun pada tahun 1964, sementara stasiun yang telah direnovasi tersebut diresmikan oleh Presiden Aleksandar Vucic dan sekutu populisnya, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán, lebih dari dua tahun lalu sebagai persinggahan utama untuk jalur kereta cepat yang direncanakan antara Beograd dan Budapest. [lt/ab]