Senin (18/9) lalu, ratusan orang turun ke jalan-jalan di distrik keuangan Kota New York. Mereka melakukan pembangkangan sipil guna menuntut diakhirinya industri bahan bakar fosil.
Demonstran berkumpul di Zuccotti Park sambil memegang spanduk bertuliskan "bahan bakar fosil membunuh" dan "transisi adil ke depan," sebelum berjalan melewati Bursa Efek New York menuju gedung Federal Reserve. Puluhan orang ditangkap dan ditahan karena memblokir lalu lintas pejalan dan masuk gedung bank sentral Amerika Serikat (AS) itu.
Seorang petugas Kepolisian New York (New York Police Department/NYPD), memperkirakan 100 orang ditangkap.
"Kita tidak bisa makan batu bara. Kita tidak bisa minum minyak. Dan kita tidak bisa berinvestasi baru dalam bahan bakar fosil. Dan itu adalah batu bara, minyak dan gas," kata Vanessa Nakate, aktivis iklim Uganda mengatakan kepada massa yang menyimak.
BACA JUGA: Aktivis Lingkungan Kecam Bank Dunia karena Dukung Pembangunan PLTU di IndonesiaSedangkan Peter Kalmus, ilmuwan iklim di Scientist Rebellion dalam demonstrasi itu mengatakan “Kita harus mengakhiri pendanaan proyek baru bahan bakar fosil karena membangun lebih banyak infrastruktur untuk minyak, gas, dan batu bara dalam keadaan darurat iklim adalah hal yang tidak masuk akal. Benar-benar tidak masuk akal.”
Pada Rabu (20/9), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Ambisi Iklim baru yang berfokus pada bahan bakar fosil. Ia meminta negara-negara untuk mempercepat upaya melepaskan diri dari energi berbasis karbon. Negara-negara terkaya mampu melakukan itu terlebih dahulu dan lebih cepat, dan memberi bantuan keuangan kepada negara-negara miskin yang tidak mampu.
Banyak pemimpin negara-negara penyebab polusi karbon paling banyak memerangkap panas, tidak akan hadir. Dan mereka tidak akan berbicara pada KTT Iklim itu karena hanya negara-negara yang menjanjikan aksi nyata baru yang diundang berbicara.
Pekan Iklim diadakan pada akhir gelombang panas yang memecahkan rekor di Amerika dan Eropa Selatan. Louisiana adalah negara bagian terbaru yang memerangi kebakaran hutan.
Bukan hanya di AS perselisihan mengenai bahan bakar fosil semakin memanas. Gejolak pasar energi akibat perang di Ukraina telah memicu peningkatan produksi listrik berbahan bakar batu bara di Uni Eropa. Inilah yang paling dikhawatirkan para aktivis perubahan iklim, yaitu mundurnya rencana perluasan teknologi ramah lingkungan, di mana pemerintah di seluruh Eropa, termasuk Inggris, membahas perlunya penggalian batu bara dan pabrik baja.
Di Kozani, Yunani, terdapat tambang lignit. Luasnya hampir sembilan kali luas Bandara JFK di New York.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Tak Banyak Waktu untuk Cegah Krisis IklimYunani telah menetapkan jangka waktu yang ambisius untuk mengakhiri ketergantungan selama puluhan tahun pada lignit atau batu bara berkualitas rendah. Namun, program itu dihentikan sebagai respons atas kenaikan harga gas alam yang sangat tinggi.
Ini merupakan tahun yang luar biasa bagi iklim di seluruh dunia dengan laju perubahan yang semakin cepat menurut para ilmuwan. Masyarakat Meteorologi Dunia mengatakan bahwa bumi telah mengalami musim panas terpanas yang pernah tercatat di Belahan Bumi Utara. Rekor suhu terpanas pada Agustus memuncaki musim dengan suhu brutal dan mematikan.
Your browser doesn’t support HTML5
Bulan lalu bukan hanya Agustus terpanas yang pernah dicatat tim ilmuwan sejauh ini dengan peralatan modern, tetapi juga terpanas kedua. Juli 2023 adalah yang pertama menurut Organisasi Meteorologi Dunia dan badan cuaca Eropa, Copernicus.
Suhu pada Agustus naik sekitar 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan suhu rata-rata praindustri. Dunia mencoba tidak melewati ambang ini, meskipun para ilmuwan lebih khawatir akan kenaikan suhu dalam puluhan tahun, bukan hanya dalam sebulan.
Copernicus juga mencatat suhu samudra di dunia hampir 21 C. Ini suhu terpanas yang pernah dicatat, mencapai suhu tertinggi dalam tiga bulan berturut-turut. [ka/jm]