Demonstran anti-pemerintah Irak pecah lagi di jalan-jalan, Rabu (25/12), karena tewasnya seorang aktivis dan usaha pembunuhan atas seorang satiris televisi yang terkenal. Aksi unjuk rasa paling baru di Baghdad dan kota-kota lain, termasuk Basra dan Karbala itu terjadi setelah kerusuhan semalaman, di mana para demonstran membakar dua markas besar milisi yang pro-Iran di bagian selatan Irak.
Para pengunjuk rasa itu telah berdemonstrasi hampir tiga bulan untuk mendesak penggulingan kelompok politik yang berkuasa di negara yang kaya minyak itu, setelah pasukan Amerika menggulingkan Saddam Hussein tahun 2003.
Demonstran yang kebanyakan orang muda itu menuduh para pemimpin Irak memperkaya diri sendiri, tidak becus mengurus ekonomi dan menuruti kemauan pemerintah Iran, yang tampak aktif dalam politik di Irak.
Kemarahan memuncak ketika seorang satiris televisi terkenal Awas Fadhil dijadikan sasaran usaha pembunuhan oleh kelompok orang yang belum dikenal.
Fadhil memasang video yang menunjukkan tiga lubang peluru di mobilnya dan menyatakan “orang-orang itu menarget para pendukung revolusi, untuk membungkam mereka. Tapi kita akan terus melanjutkan revolusi ini.”
Peraturan baru yang diumumkan di Irak mengatakan, para anggota DPR kini akan dipilih berdasarkan distrik pemilihan dan bukannya menggunakan daftar calon anggota yang telah disusun partai.
Kendati adanya langkah pembaharuan itu, para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan hari Rabu, termasuk di kota Diwaniyah, di mana mereka berpawai untuk berkabung atas tewasnya aktivis terkenal Thaer al-Thayeb.
Thayeb dan seorang aktivis lainnya luka parah ketika mobil yang mereka kendarai meledak tanggal 15 Desember, kira-kira 200 km di selatan Baghdad. Setelah kematian Thayeb diumumkan hari Selasa, kelompok-kelompok demonstran bergerak dan membakar dua markas besar milisi yang pro-Iran di kota Diwaniyah.
Kira-kira 460 orang tewas, kebanyakan pengunjuk rasa, sejak dimulainya demonstrasi permulaan bulan Oktober, dan 25 ribu lainnya luka-luka. Tapi aksi unjuk rasa terus terjadi walaupun ada kampanye intimidasi, pembunuhan dan penculikan para aktivis, yang menurut PBB dilakukan oleh para milisi.
Kendati agak berkurang dalam minggu-minggu belakangan ini, aksi protes mencuat lagi ketika kelompok-kelompok politik terus adu kuat untuk mencari pengganti perdana menteri Adel Abdel Mahdi yang mengundurkan diri bulan November, tapi masih menjabat sampai penggantinya dilantik. [ii/em]