Ratusan orang memblokir pintu masuk ke gedung Kabinet dan Bank Sentral di Kiev hari Senin (2/12), sehari setelah 100.000 lebih pengunjuk rasa berdemonstrasi di jalanan ibukota.
Ribuan demonstran Ukraina menutup jalan-jalan ke gedung-gedung utama pemerintah hari Senin (2/12) dalam upaya menggulingkan pemerintahan Presiden Viktor Yanukovych, atas penolakannya untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Ratusan orang memblokir pintu masuk ke gedung Kabinet dan Bank Sentral di Kiev hari Senin (2/12), sehari setelah 100.000 lebih pengunjuk rasa berdemonstrasi di jalanan ibukota.
Kekerasan terjadi hari Minggu (2/12), ketika polisi menggunakan gas air mata dan granat cahaya untuk membubarkan sejumlah demonstran yang berusaha menyerbu sebuah gedung pemerintah. Lebih dari 200 orang cedera dalam insiden tersebut.
PM Ukraina Mykola Azarov hari Senin (2/12) mengatakan protes itu “tidak terkendali” dan memiliki "semua tanda-tanda kudeta."
Sementara itu, pemimpin oposisi Ukraina Arseniy Yatsenyuk, mengatakan kepada wartawan bahwa pemilu awal merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri kebuntuan ini.
Hari Senin (2/12), juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan kekerasan oleh pihak berwenang Ukraina terhadap demonstran di Kiev hari Sabtu itu "tidak bisa diterima." Ia mengatakan Amerika tentunya tidak menganggap protes damai sebagai upaya kudeta.
Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta semua pihak di Ukraina untuk menahan diri, menghindari kekerasan, dan membuka dialog yang berarti.
Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga menyerukan untuk menahan diri kepada kedua pihak.
Presiden Rusia Vladimir Putin, pendukung utama Yanukovych, mengatakan protes di Ukraina tampaknya lebih seperti "kekerasan terorgnisir dan bukan revolusi."
Demonstrasi berkembang sejak November 21, ketika presiden Ukraina menolak menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Uni Eropa, dengan mengatakan Ukraina membutuhkan kelanjutan hubungan dekat dengan Rusia.
Ratusan orang memblokir pintu masuk ke gedung Kabinet dan Bank Sentral di Kiev hari Senin (2/12), sehari setelah 100.000 lebih pengunjuk rasa berdemonstrasi di jalanan ibukota.
Kekerasan terjadi hari Minggu (2/12), ketika polisi menggunakan gas air mata dan granat cahaya untuk membubarkan sejumlah demonstran yang berusaha menyerbu sebuah gedung pemerintah. Lebih dari 200 orang cedera dalam insiden tersebut.
PM Ukraina Mykola Azarov hari Senin (2/12) mengatakan protes itu “tidak terkendali” dan memiliki "semua tanda-tanda kudeta."
Sementara itu, pemimpin oposisi Ukraina Arseniy Yatsenyuk, mengatakan kepada wartawan bahwa pemilu awal merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri kebuntuan ini.
Hari Senin (2/12), juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan kekerasan oleh pihak berwenang Ukraina terhadap demonstran di Kiev hari Sabtu itu "tidak bisa diterima." Ia mengatakan Amerika tentunya tidak menganggap protes damai sebagai upaya kudeta.
Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta semua pihak di Ukraina untuk menahan diri, menghindari kekerasan, dan membuka dialog yang berarti.
Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga menyerukan untuk menahan diri kepada kedua pihak.
Presiden Rusia Vladimir Putin, pendukung utama Yanukovych, mengatakan protes di Ukraina tampaknya lebih seperti "kekerasan terorgnisir dan bukan revolusi."
Demonstrasi berkembang sejak November 21, ketika presiden Ukraina menolak menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Uni Eropa, dengan mengatakan Ukraina membutuhkan kelanjutan hubungan dekat dengan Rusia.