Yang menarik, di Kosta Rika, ular-ular beracun justru dipelihara oleh para ilmuwan untuk diambil bisa-nya dan kemudian disuntikkan ke tubuh kuda, yang akan menciptakan antibodi untuk merawat orang yang digigit ular. Seberapa efektif?
Ada lebih dari dua puluh spesies ular berbisa di Kosta Rika. Dokter-dokter hewan di Clodomiro Picado Institute menjadi pawang ular untuk mengekstrak bisa ular yang mematikan. Racun ini digunakan untuk memproduksi antivenom yang diekspor ke seluruh dunia. “Antivenom” atau anti-bisa itu diberikan kepada pasien yang menderita gigitan ular berbisa, dan bekerja dengan cara meningkatkan respons kekebalan tubuh pasien.
Lembaga ini memproduksi 100.000 hingga 150.000 dosis per tahun, yang diekspor ke Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia, dan lebih dari 6 negara di benua Afrika.
Pertama-tama ular harus ditangani dengan hati-hati dan racunnya diekstraksi sebagai obat hewan.
Manajer Sumber Daya Alam di Clodomiro Picado Serpentarium Kosta Rika, Jasmin Arias, menjelaskan hal ini.
"Kepala diambil dan bagian tubuh lainnya dibawa ke wadah kaca yang memiliki insulasi dingin. Kami menarik keluar taringnya, setelah taringnya terbuka, kami memijat kelenjar tempat keluarnya bisa, setelah proses ini, mulutnya didisinfeksi dan hewan tersebut dikembalikan ke kandangnya."
Langkah selanjutnya dilakukan di peternakan kuda. Bisa ular tadi disuntikkan ke kuda dalam dosis kecil. Hal ini merangsang kekebalan tubuh yang kuat dan menciptakan antibodi, yang kemudian diekstraksi kembali.
WHO Puji Upaya Hasilkan Anti-Bisa Ular
Situs Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kuda yang disuntik bisa ular “menghasilkan antibodi yang kuat, yang dapat mengikat komponen bisa ular, meningkatkan pertahanan kekebalan tubuh kita untuk menghilangkan bisa (dari gigitan ular sebelumnya)."
Koordinator Peternakan Kuda di Clodomiro Picado Institute, Mauricio Arguedas, mengatakan sel-sel darah dipisahkan dari plasma, dan harus dikembalikan ke kuda sehingga kuda tidak mengalami anemia.
"Pada dasarnya yang kami lakukan adalah menyuntikkan racun dalam jumlah kecil secara terkontrol ke tubuh kuda, yang menghasilkan reaksi imunologis. Setelah menerima racun ini, kuda-kuda mulai memproduksi antibodi, dan beberapa waktu kemudian kami mengambil darah kuda. Darah dipisahkan ke dalam fase yang berbeda, plasma yang merupakan bagian cair dan sel-sel yang merupakan bagian padat, dikembalikan ke kuda sehingga tidak terjadi anemia. Sementara plasma dibawa ke laboratorium produksi di mana antibodi dimurnikan."
Menurut Arguedas, tidak ada efek jangka panjang yang diketahui pada kuda-kuda yang diberi racun. Namun kuda-kuda ini dipantau dan dirawat untuk melihat fungsi ginjal dan hati agar tetap sehat. Arguedas mengklaim bahwa ia memiliki catatan tentang kuda-kuda yang telah disuntik racun selama 30 tahun. Umur rata-rata kuda adalah 30 hingga 40 tahun.
Pakar mikrobiologi, Eduarto Segura, mengatakan antibodi kuda diekstraksi dari plasma darah untuk dimurnikan, disterilkan dan dikemas untuk dikirim ke seluruh dunia.
"Melalui proses kimiawi, kami memisahkan kontaminan ini dan memurnikan antibodi spesifik terhadap racun yang telah diimunisasikan pada kuda. Antibodi ini dimurnikan, diformulasikan, disterilkan, dan kemudian dilanjutkan dengan pengemasan."
Clodomiro Picado Institute adalah bagian dari Universitas Kosta Rika dan terlibat dalam rancangan pedoman WHO untuk produksi, pengendalian dan aturan anti-bisa ular. [em/lt]