Dewan Keamanan PBB memilih untuk membentuk kembali panel ahli untuk mengawasi kegiatan Pyongyang setelah negara tersebut terus menerus meluncurkan rudal dalam seminggu terakhir.
Korea Utara mengatakan, pada Senin (20/3), pihaknya mensimulasikan serangan nuklir ke Korea Selatan dengan peluncuran rudal balistik selama akhir pekan, yang merupakan uji coba rudal kelimanya bulan ini, untuk memprotes latihan militer gabungan terbesar antara Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Pemungutan suara pada hari Kamis atas resolusi yang disusun bersama oleh AS dan Irlandia itu akan memberikan “penilaian, analisis dan rekomendasi yang berkaitan dengan implementasi resolusi Dewan Keamanan terkait DPRK,” kata wakil duta besar AS untuk PBB, Robert A. Woods. DPRK adalah akronim nama resmi Korea Utara.
China dan Rusia juga memilih untuk menyetujui resolusi tersebut.
BACA JUGA: Korea Utara Uji ‘Drone’ Bawah Air Baru untuk Serangan NuklirPemimpin Korea Utara Kim Jong-un menginstruksikan militernya untuk mengadakan lebih banyak latihan guna mempertajam kesiapan perang pasukan nuklirnya dalam menghadapi “agresi” musuh-musuhnya, menurut laporan media pemerintah awal pekan ini.
Militer Korea Selatan dan Jepang mendeteksi rudal jarak pendek yang diluncurkan ke perairan lepas pantai timur Korea Utara pada hari Minggu (19/3), yang dilaporkan terjadi kurang dari satu jam sebelum AS menerbangkan pesawat pengebom B-1B jarak jauh untuk berlatih dengan pesawat tempur Korea Selatan. Korea Utara menggolongkan latihan AS-Korea Selatan sebagai latihan untuk melakukan serangan, meskipun kedua sekutu itu bersikeras latihan mereka bersifat defensif. Beberapa ahli mengatakan, Korut menggunakan latihan itu sebagai dalih untuk memajukan program senjatanya.
“Menghadapi ancaman Korea Utara yang sedang berlangsung dan berkembang terhadap perdamaian dan keamanan internasional, peran panel ahli ini tetap kritis dan menjadi semakin penting dalam hal ini,” kata duta besar Jepang untuk PBB, Mitsuko Shino. [rd/rs]