Pandemi COVID-19 telah memperburuk perdagangan manusia, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) dalam Laporan Perdagangan Manusia tahunan yang dirilis pada Selasa (25/1).
“Laporan Perdagangan Manusia tahun ini mengirim pesan yang kuat kepada dunia bahwa krisis global, seperti pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan kebijakan dan praktik diskriminatif yang terus berlangsung, berdampak buruk pada individu yang telah ditindas oleh ketidakadilan lainnya,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pengantar laporan.
BACA JUGA: PBB Kutuk Pengusiran Paksa Pencari Suaka dari LibyaDalam laporan itu, Blinken mengajak negara-negara lain untuk bergabung dengan Amerika untuk meningkatkan “upaya kolektif guna mengatasi perdagangan manusia secara komprehensif.”
Ia mengingatkan bahwa upaya itu membutuhkan mitigasi “praktik dan kebijakan berbahaya yang menyebabkan kerentanan sosial ekonomi atau politik yang sering menjadi sasaran penyelundup.”
Laporan itu mengatakan pandemi COVID-19 telah membawa “dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi masalah hak asasi manusia dan pembangunan ekonomi secara global, termasuk perdagangan manusia.” Laporan itu menjelaskan bahwa mereka yang terlibat upaya anti-perdagangan manusia “menemukan cara untuk beradaptasi dan menjalin hubungan baru untuk mengatasi tantangan.”
Blinken menambahkan bahwa penyelundup juga mahir dalam mengubah metode mereka.
BACA JUGA: Migrant Care Desak Komnas HAM Tuntut Praktik Perbudakan Modern di SumutLaporan itu mengutip insiden di Amerika Serikat, Inggris dan Uruguay di mana pemilik rumah memaksa perempuan penyewa, yang secara ekonomi dirugikan oleh pandemi, untuk berhubungan seks dengan mereka ketika penyewa tidak dapat membayar sewa.
Di Myanmar, yang telah diguncang COVID-19 dan kerusuhan politik, laporan itu mengatakan 94 persen rumah tangga mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya, beberapa anggota keluarga rentan terjerumus ke dalam perdagangan seks. [ka/lt]