Dewan HAM PBB, Kamis (6/10), akan melangsungkan pemungutan suara atas proposal dari Inggris, Turki, Amerika Serikat dan sebagian besar negara Barat lainnya untuk mengadakan debat tahun depan tentang dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur dan kelompok-kelompok etnis minoritas lainnya di Xinjiang, China.
Banyak pengamat menilai, pemungutan suara ini merupakan ujian pengaruh politik dan diplomatik antara Barat dan Beijing. China selama ini membantah melakukan pelanggaran HAM, sementara negara-negara Barat berusaha membangun momentum dari laporan dari mantan kepala urusan HAM PBB Michelle Bachelet, yang dirilis Agustus 31, yang menemukan bahwa “kejahatan terhadap kemanusiaan” kemungkinan telah terjadi di Xinjiang.
Para diplomat memperkirakan hasil pemungutan suara sulit diprediksi. Seorang duta besar dari negara berkembang yang saat ini merupakan salah satu dari 47 negara anggota dewan, berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan karena sensitivitas isu tersebut, mengatakan kepada kantor berita Associated Press, Rabu, bahwa ia menunggu email dari pemerintah pusat Kamis ini mengenai keputusan negaranya.
BACA JUGA: AS Tuduh China Lakukan Kampanye Disinformasi Soal UighurSusunan anggota Dewan HAM PBB bisa berubah setiap tahunnya, tergantung hasil pemilihan para anggota PBB. China -- negara berpengaruh dengan kursi permanen di Dewan Keamanan – selama ini tidak pernah menjadi obyek resolusi khusus di dewan itu sejak didirikan lebih dari 16 tahun yang lalu.
“Sulit bagi negara-negara untuk memberikan suara menentang anggota tetap Dewan Keamanan,” kata seorang diplomat Barat, yang berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan karena sensitivitas masalah tersebut. Ia mengatakan, beberapa negara -- terutama mereka yang memiliki hubungan ekonomi atau politik dengan China -- akan keberatan mendukung proposal itu.
Proposal itu hanya membutuhkan mayoritas sederhana untuk bisa disetujui. Beberapa negara diperkirakan akan abstain. [ab/ka]