Dewan Keamanan menuntut “penarikan segera dan tanpa syarat” kelompok-kelompok bersenjata yang masih menguasai sebagian gedung pemerintah.
Dewan Keamanan PBB “mengutuk keras” pertempuran maut di Mali Utara antara pasukan pemerintah dan separatis.
Sedikitnya 36 orang tewas dalam bentrokan setelah tentara dikirim ke sana untuk menghadapi pemberontak Tuareg yang menyerang kantor-kantor pemerintah di Kidal pekan lalu.
Pemberontak membebaskan 30 pegawai pemerintah yang mereka sandera dalam serangan itu, Senin (19/5).
Sementara itu, Dewan Keamanan menuntut “penarikan segera dan tanpa syarat” kelompok-kelompok bersenjata yang masih menguasai sebagian gedung pemerintah, Selasa malam (20/5).
Dewan menyebutkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu harus diadili, serta menyerukan “proses perundingan yang kredibel dan inklusif” untuk membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang.
Mali terjerumus dalam kekacauan sejak tahun lalu, sewaktu pemberontakan oleh Tuareg memicu kudeta di ibukota, Bamako. Kekacauan itu sempat menyebabkan pengambilalihan bagian utara Mali oleh militan Islamis serta mendorong Perancis dan pasukan Afrika campur tangan.
Sedikitnya 36 orang tewas dalam bentrokan setelah tentara dikirim ke sana untuk menghadapi pemberontak Tuareg yang menyerang kantor-kantor pemerintah di Kidal pekan lalu.
Pemberontak membebaskan 30 pegawai pemerintah yang mereka sandera dalam serangan itu, Senin (19/5).
Sementara itu, Dewan Keamanan menuntut “penarikan segera dan tanpa syarat” kelompok-kelompok bersenjata yang masih menguasai sebagian gedung pemerintah, Selasa malam (20/5).
Dewan menyebutkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu harus diadili, serta menyerukan “proses perundingan yang kredibel dan inklusif” untuk membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang.
Mali terjerumus dalam kekacauan sejak tahun lalu, sewaktu pemberontakan oleh Tuareg memicu kudeta di ibukota, Bamako. Kekacauan itu sempat menyebabkan pengambilalihan bagian utara Mali oleh militan Islamis serta mendorong Perancis dan pasukan Afrika campur tangan.