Amerika Serikat telah menolak keberatan China atas persinggahan Presiden Taiwan Lai Ching-te di Hawaii dan Guam dalam lawatannya ke wilayah Pasifik, dengan menegaskan kembali bahwa transit melalui AS yang dilakukan oleh para pemimpin Taiwan yang dipilih secara demokratis adalah hal yang rutin dan konsisten dengan kebijakan bipartisan AS yang telah lama berlaku.
Di tengah kritik China, Ketua DPR dari Partai Republik Mike Johnson dan mantan Ketua DPR dari Partai Demokrat Nancy Pelosi masing-masing berbicara secara terpisah dengan Lai, menggarisbawahi dukungan AS yang teguh untuk Taiwan.
Johnson melakukan pembicaraan telepon pada Rabu (4/12) sore dengan Lai, yang baru saja tiba di Guam setelah mengunjungi sekutu Taiwan di Pasifik, Tuvalu, menurut sumber yang berbicara kepada VOA dengan syarat anonim.
Pembicaraan telepon pertama
Pembicaraan melalui telepon tersebut menandai percakapan langsung pertama antara ketua DPR AS dan Lai sejak Lai memangku jabatan pada bulan Mei. Johnson sebelumnya telah memberikan selamat kepada Lai atas pemilihannya pada bulan Januari dan memperbarui komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan dan demokrasi mitra-mitra AS di Indo-Pasifik.
BACA JUGA: Presiden Taiwan Tiba di Guam, Dalam Lawatan ke PasifikLai tiba di Guam pada Rabu malam untuk singgah sebentar dan akan berangkat pada Kamis (5/12) sore menuju Palau, perhentian terakhir dalam lawatannya selama seminggu ke Pasifik. Perjalanan yang dimulai pada 30 November itu juga mencakup pemberhentian di Hawaii dan Kepulauan Marshall. Perjalanan luar negeri Lai ini adalah yang pertama sebagai presiden.
VOA telah menghubungi kantor Johnson untuk meminta komentarnya.
Kebijakan bipartisan AS
“Setiap presiden Taiwan yang dipilih secara demokratis pernah singgah di Amerika Serikat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada VOA pada minggu ini.
Dipandu oleh Undang-undang Hubungan Taiwan, tiga Komunike Bersama AS-China, dan Enam Jaminan, juru bicara itu menambahkan bahwa kebijakan AS terhadap Taiwan tetap konsisten pada semua pemerintahannya selama 45 tahun.
Pejabat senior AS itu juga mengatakan bahwa dokumen-dokumen tersebut — yang merupakan fondasi kebijakan “Satu China” Washington — tidak memuat bahasa yang secara eksplisit melarang presiden Taiwan singgah di wilayah AS.
BACA JUGA: Amerika Setujui Penjualan Suku Cadang F-16 dan Radar $320 Juta ke TaiwanPenentangan Beijing
Namun, Beijing menuduh Washington mencampuri apa yang disebutnya “urusan internalnya.”
Para pejabat China mengatakan mereka “dengan tegas menentang” segala bentuk interaksi resmi antara AS dan Taiwan, yang dianggapnya sebagai provinsi pembangkang.
“Tidak ada yang akan menghalangi China untuk menegakkan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian kepada para wartawan minggu ini.
Taiwan mengatakan ancaman China atas kunjungan Lai bersifat kontraproduktif. [lt/rs]