Diaspora Afrika di Amerika Serikat sedang memobilisasi pemilih karena penyelenggara kampanye itu percaya bahwa 2020 adalah waktu bagi para pemilih untuk menunjukkan partisipasi politik mereka, tidak seperti sebelumnya.
Menurut angka Sensus Amerika terbaru dari 2018, di Amerika ada 2.403.564 orang Afrika kelahiran luar negeri. Secara keseluruhan, 50,6% imigran itu adalah warga negara lewat naturalisasi, dan 94,4% dari mereka berusia 18 tahun ke atas dan kemungkinan besar memiliki hak suara.
BACA JUGA: Perusahaan AS akan Pekerjakan Lebih Banyak Warga Kulit Hitam untuk Posisi PimpinanTetapi sifat populasi Afrika yang beragam dan terpencar-pencar di Amerika menyulitkan para pemilih Afrika untuk berorganisasi. Meskipun terdapat pusat-pusat di mana populasi Afrika terkonsentrasi di beberapa kota, termasuk Minneapolis, Washington, Houston, dan New York City, secara politik diaspora Afrika tidak berpandangan sama.
Sejauh ini belum ada survei pasti mengenai kecenderungan pilihan politik diaspora Afrika.
Namun penyelenggara kampanye itu mengatakan bahwa keprihatinan pemilih keturunan Afrika tidak jauh berbeda dengan populasi Amerika pada umumnya – ekonomi, pendidikan, perawatan kesehatan, dan keamanan. Karena banyak imigran Afrika bekerja di garis depan, tanggapan COVID-19 menjadi perhatian utama.
Antara 2010 dan 2018, populasi Afrika sub-Sahara di Amerika meningkat sebesar 52%. Pada tingkat nasional, beberapa politisi keturunan Afrika telah bermunculan.
Pada 2018, Ilhan Omar dari Minnesota menjadi orang Amerika keturunan Somalia pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres.
Joe Negusse dari Colorado, yang lahir di Amerika dari orangtua Eritrea, menjadi orang pertama asal Eritrea yang juga terpilih menjadi anggota Kongres Amerika. [lt/ka]