Diaspora Indonesia Bantu Korban dan Pemadam Kebakaran di Oregon

Your browser doesn’t support HTML5

Diaspora Indonesia Bantu Korban dan Pemadam Kebakaran di Oregon.

Di tengah kebakaran hutan hebat yang masih melanda pantai barat AS, termasuk negara bagian Oregon, sejumlah diaspora Indonesia di dua kota berbeda mengulurkan tangan untuk membantu korban sekaligus petugas pemadam kebakaran, lewat restoran yang mereka miliki. 

Setiap tahun, Jackson County di negara bagian Oregon selalu menjadi korban kebakaran hutan. Tapi dampaknya tidak pernah seburuk ini, kata Weny Sesiana, diaspora Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di kota Ashland.

"Kebakaran sebelumnya yang kita alami itu hanya di hutan, tapi kebakaran tahun ini merajalela sampai ke pemukiman masyarakat," kata Weny kepada VOA.

Api yang berawal dari sebuah hutan di Ashland, terbawa angin kencang dan dengan cepat membakar kota-kota kecil di sekitarnya seperti Phoenix, Talent dan sebagian Medford. Akibatnya ratusan orang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi.

Restoran Diaspora Indonesia Ulurkan Tangan

Restoran Blue Toba milik diaspora Indonesia di Ashland, luput dari jilatan api, meski hanya berjarak tiga kilometer dari titik api yang dijuluki Alameda Fire. Tapi pelanggannya banyak yang kehilangan harta benda. Karena itu, pemilik restoran, pasangan suami isteri Birong Hutabarat dan Leslie Caplan, memutuskan untuk membantu korban kebakaran, dengan menyumbangkan 100 persen omset dua hari sebanyak 3.000 dolar (44.6 juta rupiah) dan keuntungan penjualan pada hari-hari berikutnya.

Mereka juga menyediakan makanan gratis, kata Birong, juru masak Blue Toba yang cukup dikenal di kota berpenduduk 20.000an itu.

"Ada orang yang datang juga ke restoran, mereka bilang korban, kita selalu bilang kalian boleh datang, jangan malu, kapan saja boleh datang kalau perlu makanan, Blue Toba selalu terbuka," ketika dihubungi VOA melalui Skype.

Sementara sekitar empat jam dari Ashland, seorang diaspora Indonesia di kota Lake Oswego, mengulurkan tangan untuk membantu para petugas yang berusaha memadamkan kebakaran besar di sekitar Portland, kota terbesar di Oregon.

Zulkifly Kevin Long, pemilik restoran Momo Sushi & Grill, menggandeng kafe, toko kue dan roti, belasan bisnis lain dan masyarakat umum untuk menggalang dana yang digunakan untuk menyumbangkan makanan dan berbagai kebutuhan lain seperti kaos kaki dan sarung tangan.

"Banyak relawan di garis depan kelabakan karena kurang pasokan makanan. Ada yang cerita mereka disitu pemadam kebakarannya baru kembali setelah 2-3 hari, ada yang sampai empat hari nggak makan sama sekali, nggak tidur, terjebak dalam hutan, untuk memadamkan api," kata Kevin yang sudah 30 tahun lebih menetap di AS.

Balas Budi Kepada Masyarakat

Bagi para diaspora Indonesia ini, beramal merupakan upaya mereka untuk membalas budi dan berkontribusi kembali kepada masyarakat yang selama ini telah mendukung bisnis mereka selam bertahun-tahun dan melewati masa-masa sulit.

Leslie dan Birong mengenang masa-masa didirikannya Blue Toba tujuh tahun lalu, ketika harus hidup pas-pasan saat merintis usaha. "Kita seperti miskin. Minimum wage. Tidak pernah bisa keluar makan. Hanya cukup untuk makan di rumah atau bayar rent rumah, listrik. Tidak bisa kemana-mana. Kalau mobilnya rusak, susah, harus pinjam uang. Waktu itu bisa buka restoran kecil banyak orang datang kasih success," kata Leslie yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Your browser doesn’t support HTML5

In Case You Missed It “Kisah Pemilik Restoran Indonesia di Oregon di Tengah Kebakaran Hutan Masif AS”

Meski kecil, Blue Toba yang menampilkan makanan otentik Indonesia merupakan salah satu restoran paling terkenal di Ashland dan bahkan pernah ditampilkan dalam acara TV "Diners, Drive-Ins and Dives" di saluran Food Network.

"Kita Blue Toba punya banyak dukungan dari masyarakat. Sekarang masyarakat yang perlu kita," tambah Leslie yang merasa bangga dengan keakraban penduduk Ashland.

Perjalanan Kevin dalam merintis dan mengembangkan bisnis kuliner di Lake Oswego juga tak selalu mulus. Mantan tukang cuci piring di sebuah restoran ini perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa membuka "Momo Sushi & Grill" 12 tahun lalu yang setiap harinya beromset sekitar 6.000 dolar atau 90 juta rupiah. Tantangan terberat yang dialaminya terjadi tahun ini ketika bisnisnya terpaksa tutup berminggu-minggu karena lockdown akibat pandemi dan karena isu kesehatan yang mengharuskannya dirawat inap.

"Kalau saya tidak masuk ke unit gawat darurat malam itu, mungkin saya tidak akan berbicara dengan Anda sekarang ini. Kalau telat 1-2 jam, mungkin saya meninggal malam itu," kata Kevin merujuk pada penyakit usus yang dialaminya.

Kevin Long. (Foto courtesy: Churchill Mortgage Lake Oswego Oregon)

Kevin mengatakan ketika dia dan bisnisnya terpuruk, para pelanggan dan masyarakatlah yang membantunya bangkit, termasuk dengan menggalang dana lewat situs urun dana dan memberi dukungan moril. Kevin mengatakan uang yang terkumpul ketika itu diberikan kepada para karyawannya yang menganggur selama restoran tutup.

"Tahun ini sangat berat. Dengan melakukan sesuatu untuk membuat orang lain merasa lebih baik, membuat saya bahagia sebagai bagian dari masyarakat," kata Kevin menegaskan pentingnya berbagi di masa sulit di tengah kebakaran hutan yang melanda banyak bagian Oregon.

Meski kebakaran telah mereda, namun Kevin, serta Birong dan Leslie mengatakan akan tetap melanjutkan aksi sosial ini selama masih dibutuhkan.

Puluhan kebakaran hutan di seluruh negara bagian Oregon sejak Agustus telah menewaskan sedikitnya sembilan orang, menghanguskan ribuan hektar lahan, membakar beberapa kota kecil, dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. [vm/ab]