Kelompok etnis Burma di Amerika Serikat mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menetapkan zona larangan terbang di Myanmar dan menerapkan sanksi bahan bakar jet terhadap junta militer negara itu.
Organisasi yang terdiri dari beberapa kelompok etnis, biksu Budha, dan aktivis muda dari berbagai negara bagian di AS itu datang ke Washington baru-baru ini untuk turut serta dalam pawai ke Gedung Putih. Aktivis menuntut diakhirinya serangan udara junta Myanmar terhadap warganya sendiri.
"Kami mengatakan kepada rakyat Amerika, dan khususnya kepada Presiden [Joe] Biden, bahwa rakyat Burma [Myanmar] membutuhkan bantuan karena setiap hari, junta di Burma membunuh rakyat melalui serangan udara," kata Peter Thawnghmung, presiden Komunitas Chin di Indiana, kelompok nirlaba yang berbasis di Indianapolis.
Ia mengatakan, Amerika Serikat dapat membantu dengan mendesak negara-negara tetangga Myanmar untuk menetapkan zona larangan terbang di negara tersebut.
Myanmar Witness, organisasi hak asasi, baru-baru ini melaporkan militer Myanmar meningkatkan serangan udara yang mematikan untuk mencoba melumpuhkan perlawanan sengit bersenjata, dua tahun setelah militer merebut kekuasaan.
Menurut laporan itu, jumlah serangan udara telah meningkat sejak September. Tercatat 135 “insiden jalur udara” terjadi dari Juli hingga pertengahan Desember.
Organisasi tersebut mengatakan, “Sementara militer Myanmar kesulitan menguasai wilayah perlawanan, serangan udara menjadi bagian penting dari serangan mereka.” [ka/jm]