Iran, pada Rabu (11/1), menjatuhkan hukuman mati pada seorang mantan pejabat senior pertahanan setelah menyatakannya bersalah atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Inggris, lapor kantor berita semi resmi Iran, Tasnim.
Pengadilan mengatakan Ali Reza Akbari, yang sempat menjabat sebagai wakil menteri pertahanan hingga 2001, adalah "mata-mata utama" untuk intelijen Inggris. Menurut Tasnim, intelijen Iran membongkar kedok mata-mata itu dengan memberinya informasi palsu.
Tasnim juga melaporkan bahwa Akbari dulu memata-matai pembicaraan nuklir antara Iran dan kekuatan Barat. Ia menjabat wakil menteri pertahanan semasa Presiden Mohammad Khatami, seorang reformis yang mendorong peningkatan hubungan dengan Barat.
Inggris sendiri telah menyerukan agar eksekusi itu dihentikan dan pembebasan segera Akbari.
"Hukuman tersebut merupakan hukuman yang bermuatan politik yang dilakukan oleh rezim barbar yang benar-benar tidak mempedulikan nyawa manusia," tulis Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly dalam pernyataannya.
Akbari, yang mengelola sebuah lembaga kajian swasta, tidak tampak di depan umum sejak 2019, sebelum akhirnya diketahui bahwa ia telah ditangkap.
Pihak berwenang belum merilis rincian tentang persidangannya. Mereka yang dituduh melakukan spionase dan kejahatan lain yang terkait keamanan nasional biasanya diadili secara tertutup, dan menurut organisasi HAM, mereka tidak memilih pengacara sendiri dan tidak diizinkan melihat bukti yang memberatkan.
BACA JUGA: PBB: Eksekusi Demonstran di Iran Setara dengan Pembunuhan yang Direstui NegaraTasnim mengatakan Mahkamah Agung menguatkan hukumannya dan bahwa dia memiliki akses ke pengacara. Belum ada kabar kapan eksekusi akan dilakukan.
Akbari sebelumnya memimpin penerapan gencatan senjata antara Iran dan Irak pada 1988 setelah perang antar kedua negara yang berlangsung selama delapan tahun. Ia bekerja sama dengan pengamat PBB dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata tersebut. [ka/lt]