Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mendeklarasikan keadaan darurat selama dua minggu di wilayah Almaty, yang merupakan kota terbesar di negara Asia Tengah itu, dan di provinsi Mangistau. Kantor presiden pada Rabu (5/1) pagi mengatakan protes di dua lokasi itu berubah menjadi kekerasan.
Selain itu, pihak pemerintah akan memberlakukan jam malam, yang dimulai dari pukul 11 malam hingga 7 pagi, pembatasan pergerakan, dan larangan pertemuan massal, menurut dokumen yang diterbitkan di situs berita presiden.
BACA JUGA: CEO Perusahaan Minyak Dunia, Pejabat Departemen Energi AS Berselisih terkait Transisi Energi"Seruan untuk menyerang kantor pemerintah dan militer jelas-jelas ilegal," kata Tokayev dalam pidato video beberapa jam sebelumnya. "Pemerintah tidak akan jatuh, tetapi kami ingin saling percaya dan (memilih) dialog dibandingkan konflik."
Sementara Tokayev berbicara, para petugas polisi di Almaty menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk mencegah ratusan pengunjuk rasa yang menyerbu kantor walikota, seorang koresponden kantor berita Reuters melaporkan dari lokasi kejadian.
BACA JUGA: Kenaikan Harga Minyak Pukul Bisnis Pemandian Umum di JepangPemerintah negara kaya minyak itu mengumumkan pada Selasa (4/1) malam bahwa mereka mencabut beberapa pembatasan harga pada bahan bakar gas cair (LPG), setelah protes yang jarang terjadi meletus di Almaty, menyusul kenaikan tajam harga bahan bakar pada awal tahun.
Banyak orang Kazakhstan mengubah mobil mereka menggunakan LPG, yang jauh lebih murah daripada bensin sebagai bahan bakar kendaraan karena batasan harga. Tetapi pemerintah mengatakan harga rendah tidak akan berlaku selamanya dan mencabut pembatasan pada 1 Januari. [ka/mg]