Seorang warga Swedia, diplomat Uni Eropa berusia 33 tahun, Johan Floderus dalam kata-kata pertamanya sejak dibebaskan dalam pertukaran tahanan dengan Iran, mengatakan bahwa ia "berada di langit ketujuh", dalam sebuah video yang diterbitkan pada hari Minggu (16/6).
Dalam video yang diperoleh AFP dari pemerintah Swedia, Floderus terdengar berbicara dengan Perdana Menteri Ulf Kristersson melalui telepon satelit dalam penerbangan pulang dari Iran pada hari Sabtu.
"Saya berada di awang-awang dan secara emosional merasa seperti berada di langit ketujuh. Saya telah menunggu ini selama hampir 800 hari," kata Floderus yang terdengar sangat gembira kepada Kristersson yang tersenyum.
"Saya telah berkali-kali memimpikan hari ini," katanya dan menambahkan ia mulai menyadari bahwa ia telah meninggalkan wilayah udara Iran dan sedang dalam perjalanan pulang."
Floderus, dalam foto-foto yang dirilis pemerintah Swedia kemudian tampak memeluk anggota keluarganya di bandara Arlanda, Stockholm, setelah mendarat. Floderus ditangkap di Iran ketika ia hendak pulang dari liburan pada April 2022.
Dia dituduh melakukan spionase, yang membuatnya terancam hukuman mati. Dia dan seorang warga negara Swedia lainnya, Saeed Azizi, dibebaskan pada hari Sabtu dengan imbalan Hamid Noury, mantan pejabat penjara Iran berusia 63 tahun yang dijatuhi hukuman seumur hidup di Swedia pada tahun 2022 atas perannya dalam pembunuhan massal di penjara Iran pada tahun 1988.
Pengadilan Swedia telah memvonis Noury karena "pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional dan pembunuhan". Noury mengatakan bahwa dia sedang cuti selama periode yang dipermasalahkan. Para pejabat Swedia membela keputusannya memberikan pengampunan kepada Noury, di tengah kecaman dari warga Iran yang mengasingkan diri di Swedia.
"Dalam situasi normal, Hamid Noury seharusnya menjalani hukuman penjara," kata Menteri Kehakiman Gunnar Strommer kepada wartawan pada Sabtu malam. "Di sisi lain, kami memiliki situasi yang luar biasa, dengan dua warga negara Swedia yang ditahan di Iran berdasarkan alasan yang sewenang-wenang, dengan risiko hukuman mati dalam salah satu kasus."
"Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi harus diambil oleh pemerintah," kata Strommer. Warga Swedia lainnya, yang berkewarganegaraan ganda dan seorang akademisi, Ahmad Reza Jalali, telah dijatuhi hukuman mati di Iran sejak tahun 2017 setelah divonis bersalah atas tuduhan spionase.Istrinya mengkritik pemerintah Swedia karena tidak mengikutsertakan Jalali dalam pertukaran tahanan.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan Stockholm telah mencoba mengupayakan pembebasannya, tetapi Teheran menolak untuk membahas kasusnya karena tidak mengakui kewarganegaraan ganda. "Sayangnya, Iran menolak untuk mengakuinya sebagai warga negara Swedia," kata Billstrom. [my/jm]