Diplomat tertinggi Amerika pada Selasa (22/11) mengkritik keputusan FIFA untuk mengancam para pemain di Piala Dunia dengan kartu kuning jika mereka mengenakan gelang lengan yang mendukung inklusi dan keragaman.
Berbicara bersama rekannya dari Qatar pada konferensi pers, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan “selalu mengkhawatirkan ketika kita melihat pembatasan kebebasan berekspresi.”
“Terutama ketika ekspresi untuk keragaman dan inklusi,” kata Blinken di Klub Diplomatik Doha. “Dan menurut penilaian saya, setidaknya tidak ada seorang pun di lapangan sepak bola yang harus dipaksa untuk memilih antara mendukung nilai-nilai ini dan bermain untuk tim mereka,” tambahnya.
FIFA tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Blinken tersebut.
Hanya beberapa jam sebelum pemain pertama dengan gelang lengan untuk mendukung kampanye “One Love” (“Satu Cinta”) turun ke lapangan pada hari Senin, badan sepak bola dunia itu memperingatkan dengan kartu kuning, dua di antaranya menyebabkan pengusiran pemain dari permainan itu dan juga berikutnya.
Tidak ada pemain yang mengenakan ban lengan “One Love” Senin meskipun tujuh tim Eropa mengatakan mereka berencana untuk memakainya menjelang turnamen. Pemain Inggris Harry Kane mengenakan gelang lengan “Tanpa Diskriminasi” yang disetujui FIFA yang ditawarkan sebagai kompromi dalam pertandingan melawan Iran.
Blinken tiba di Qatar pada hari Senin, di mana ia mengunjungi program sepak bola pemuda yang terkait dengan Piala Dunia. Dia kemudian menyaksikan pertandingan AS melawan Wales pada Senin malam yang berakhir seri 1-1.
Walaupun secara terbuka mengkritik FIFA, Blinken memberikan nada yang lebih terukur terhadap Qatar. Negara Timur Tengah yang kaya energi ini telah dikritik menjelang turnamen karena perlakuannya terhadap buruh migran dan mengkriminalisasi gay dan lesbian.
“Kami tahu bahwa tanpa pekerja, termasuk banyak pekerja migran, Piala Dunia ini tidak akan mungkin terjadi,” kata Blinken. “Qatar telah membuat langkah berarti dalam beberapa tahun terakhir pada undang-undang perburuhannya untuk memperluas hak-hak pekerja.”
Namun, dia menegaskan dengan menambahkan: “Pekerjaan nyata tetap ada pada masalah ini, dan Amerika Serikat akan terus bekerja dengan Qatar untuk memperkuat hak-hak buruh dan hak asasi manusia secara lebih luas lama setelah Piala Dunia berakhir.”
Blinken berbicara bersama menteri luar negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, pada jumpa pers itu.
Kunjungan Blinken itu dilakukan sebagai bagian dari dialog strategis dengan Qatar, yang juga menampung sekitar 8.000 tentara Amerika di Pangkalan Udara Al-Udeid yang berfungsi sebagai markas depan Komando Pusat militer AS. Pangkalan itu sangat penting dalam penarikan pasukan Amerika yang kacau dari Afghanistan dan evakuasi warga sipil Afghanistan pada tahun 2021. [lt/ab]