Diplomat tertinggi Vatikan memulai kunjungan enam hari ke Vietnam pada Selasa (9/4) sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menormalisasi hubungan antara kedua belah pihak.
Richard Gallagher, menteri luar negeri Tahta Suci, akan bertemu dengan mitranya dari Vietnam, Bui Thanh Son dan Perdana Menteri Pham Minh Chinh, dan mengunjungi rumah sakit anak-anak di ibu kota, Hanoi, menurut laporan media pemerintah Vietnam News Agency.
Gallagher juga akan mengadakan misa di Hanoi; di Hue, Vietnam tengah; dan di Ho Chi Minh, sebuah kota di Vietnam selatan yang menjadi pusat keuangan negara itu.
Desember lalu, Uskup Agung Marek Zalewski menjadi perwakilan Vatikan pertama yang tinggal di negara Asia Tenggara itu dan membuka kantor di sana.
Vietnam menggambarkan penunjukan tersebut sebagai “momen bersejarah,” yang menegaskan hubungan yang lebih kuat yang dapat mempunyai implikasi di masa depan terhadap hubungan Tahta Suci dengan China.
Hubungan Vatikan dengan Vietnam telah lama dipandang sebagai model hubungannya dengan China. Beijing memutuskan hubungan diplomatik dengan Vatikan pada tahun 1951 setelah komunis berkuasa dan mengusir para pendeta asing.
Vietnam dan Vatikan masih belum memiliki hubungan diplomatik penuh. Hubungan mereka terputus pada tahun 1975 setelah Partai Komunis menetapkan kekuasaannya atas seluruh negara setelah berakhirnya Perang Vietnam. Hubungan keduanya menjadi tegang sejak saat itu, meskipun kedua belah pihak telah melakukan pembicaraan rutin setidaknya sejak akhir tahun 1990-an.
Agama Katolik secara resmi merupakan agama yang paling banyak dianut di Vietnam. Sekitar 5,9 juta atau 44,6 persen dari 13,2 juta orang yang diidentifikasi sebagai penganut agama di negara itu pada sensus tahun 2019 mengatakan bahwa mereka beragama Katolik. Ini artinya lebih dari enam persen populasi negara tersebut beragama Katolik.
Para diplomat berspekulasi bahwa Paus Fransiskus mungkin akan mengunjungi negara tersebut, namun belum ada pengumuman resmi yang dibuat oleh Vatikan atau Vietnam. [ab/ns]