Rumah Sakit Indonesia di Gaza ditutup dan sekitar 45 pasien yang sangat membutuhkan pembedahan saat ini terlantar di ruang tunggu, kata kepala rumah sakit itu, Atef al-Kahlout, kepada al Jazeera pada Kamis (16/11), sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
“Rumah sakit Indonesia telah berhenti melayani dan beroperasi sama sekali,” kata al-Kahlout. “Karena ketidakmampuan klinis kami untuk menampung pasien dari Gaza dan wilayah utara, kami mengumumkan bahwa rumah sakit tersebut telah berhenti beroperasi sepenuhnya.”
Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Luar Negeri Indonesia dan MER-C, yang mengelola rumah sakit itu di Gaza, belum mengonfirmasi penutupan itu.
Menurut keterangan al-Kahlout, Rumah Sakit Indonesia tidak berfungsi karena kurangnya berbagai pasokan, sementara terlalu banyak pasien yang harus ditangani.
Foto-foto yang diperoleh TV al Jazeera dari rumah sakit di Beit Lahiya itu menunjukkan sejumlah pasien Palestina yang terluka berjejer di lorong-lorong, dan sebagian dari mereka tengkurap di tengah genangan darah.
Meskipun rumah sakit tersebut memiliki kapasitas 140 pasien, al-Kahlout mengatakan, sekitar 500 pasien saat ini berada di dalam rumah sakit itu. Ia mengatakan 45 pasien memerlukan “intervensi bedah segera”, dan meminta ambulans “tidak membawa lebih banyak orang yang terluka” ke rumah sakit itu.
Sejumlah petugas kesehatan di rumah sakit itu menyebutkan kekurangan pasokan yang parah.
Your browser doesn’t support HTML5
Lebih dari 11.400 orang telah terbunuh, termasuk lebih dari 4.600 anak-anak, dalam serangan Israel di Gaza, menurut otoritas kesehatan Palestina. Israel juga sangat membatasi pasokan air, makanan, listrik dan bahan bakar, dan lembaga-lembaga bantuan memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.
Rumah Sakit Indonesia, yang terletak di dekat kamp pengungsi Jabalia – yang terbesar di Gaza – juga telah menampung ratusan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.
Daerah sekitar rumah sakit telah diserang beberapa kali oleh pasukan Israel, dan setidaknya dua warga sipil tewas dalam serangan antara tanggal 7 dan 28 Oktober, menurut organisasi HAM, Human Rights Watch.
Militer Israel menuduh Rumah Sakit Indonesia digunakan “untuk menyembunyikan pusat komando dan kendali bawah tanah” untuk Hamas. Pejabat Palestina dan kelompok Indonesia yang mendanai rumah sakit tersebut telah membantah klaim tersebut.
BACA JUGA: Kemlu RI Tegaskan RS Indonesia di Gaza untuk Tujuan Kemanusiaan SemataSementara itu, kekhawatiran semakin meningkat terhadap ribuan warga sipil yang terjebak di Rumah Sakit al-Shifa, kompleks medis terbesar di Gaza, di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung. Israel mengatakan rumah sakit tersebut merupakan pusat komando Hamas. Namun, klaim tersebut dibantah oleh kelompok tersebut.
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan pada Kamis bahwa Amerika Serikat “yakin dengan penilaian intelijen kami” bahwa Hamas telah menggunakan rumah sakit tersebut “sebagai pusat komando dan kendali, dan kemungkinan besar juga sebagai fasilitas penyimpanan."
Pada Kamis (16/11) malam, tentara Israel menerbitkan video yang katanya menunjukkan terowongan Hamas dan sebuah kendaraan “yang berisi sejumlah besar senjata” ditemukan dalam kompleks Rumah Sakit al-Shifa di Gaza. [ab/ka]