Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Rabu (12/1) mengatakan bahwa kasus infeksi COVID-19 terbanyak dalam satu minggu dilaporkan dari seluruh dunia pekan lalu.
Berbicara pada konferensi pers yang disiarkan televisi di Swiss, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan WHO menerima laporan "lebih dari 15 juta kasus baru COVID-19" dalam minggu itu.
Walaupun mengakui jumlah kematian mingguan tetap "stabil sejak Oktober tahun lalu," Dirjen WHO memperingatkan bahwa semakin banyaknya orang yang dirawat di rumah sakit. Peningkatan itu, kata Ghebreyesus, belum mencapai tingkat gelombang virus corona sebelumnya.
BACA JUGA: Rusia: Infeksi Varian Omicron Dapat Picu Lonjakan Kasus COVID-19 Hingga Enam Kali LipatPesannya jelas bahwa vaksinasi global adalah jalan untuk mengakhiri pandemi.
“Kita tidak boleh menyerah pada virus ini, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia belum divaksinasi. Di Afrika, lebih dari 85 persen orang belum menerima satu pun dosis vaksin. Kita tidak bisa mengakhiri fase akut pandemi ini kecuali kalau kita menutup celah itu."
Ghebreyesus juga menyatakan bahwa vaksinasi booster berulang terbukti tidak bisa diandalkan dalam memerangi COVID-19 menurut penelitian dari TAG-CO-VAC, kelompok penasihat teknis tentang komposisi vaksin virus corona.
Ghebreyesus menguraikan dengan jelas keyakinannya bahwa penularan virus oleh mereka yang tidak divaksinasi dapat menyebabkan skenario yang lebih buruk pada masa depan.
“Vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah penyakit yang parah dan kematian. Mereka tidak sepenuhnya mencegah penularan. Lebih banyak penularan berarti lebih banyak rawat inap, kematian, lebih banyak orang yang cuti kerja, termasuk guru dan petugas layanan kesehatan, dan lebih berisiko munculnya varian lain yang bahkan lebih menular dan mematikan daripada omicron,” katanya.
Omicron menyebar lebih mudah daripada varian lain virus corona, dan kini menjadi dominan di banyak negara. [mg/ka]