Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pusat medis Shifa di Gaza “tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit” dan situasi di rumah sakit terbesar di Gaza itu “mengerikan dan berbahaya.” Ia menambahkan, “Tembakan dan pemboman yang terus-menerus” di sekitar rumah sakit “memperburuk keadaan yang sudah kritis.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu, mengatakan bahwa tidak ada alasan mengapa pasien di rumah sakit Shifa di Gaza yang terkepung tidak dapat dievakuasi dengan aman. Namun ia berpendapat bahwa militan Hamas “melakukan segalanya untuk menjaga mereka tetap dalam bahaya.”
Pemimpin Israel itu mengatakan dalam acara “State of the Union” di TV CNN bahwa 100 pasien telah dibawa keluar dari rumah sakit itu dan puluhan ribu orang Palestina yang tinggal di sekitarnya telah keluar dengan aman dari daerah tersebut melalui koridor aman menuju selatan Kota Gaza. Namun perang Israel-Hamas berlanjut di dekat rumah sakit itu, Direktur rumah sakit Mohammad Abu Salmiya, mengatakan bahwa fasilitas tersebut terkepung perang.
Dalam acara “Face the Nation” di TV CBS News, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa Amerika “tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, pasien yang sedang dirawat, terjebak baku tembak. Kami terus berkonsultasi dengan Pasukan Pertahanan Israel mengenai ini.”
Beberapa penanganan pasien di rumah sakit itu telah ditangguhkan karena kurangnya pasokan bahan bakar. Sejauh ini, dua bayi meninggal dan puluhan pasien lainnya berada dalam risiko.
Netanyahu, tanpa memberi rincian, mengatakan Israel “baru saja menawarkan bahan bakar kepada rumah sakit Shifa,” namun “mereka menolaknya.”
Sementara itu, Sullivan mengatakan bahwa Amerika “secara aktif terlibat” dengan para pejabat Israel, Qatar dan Mesir untuk membebaskan hampir 240 sandera yang ditahan Hamas di Gaza, termasuk sembilan warga Amerika dan seorang warga negara asing yang memiliki hak kerja di Amerika.
BACA JUGA: Netanyahu: Hamas Blokir Pemindahan Pasien dari Rumah Sakit di GazaNetanyahu mengatakan kepada CNN, “Kami melakukan segala yang kami bisa… dan banyak hal yang tidak bisa saya katakan” untuk membebaskan para sandera.
Pemimpin Israel itu terus menolak usul Amerika agar Otoritas Palestina menguasai Gaza dan wilayah Tepi Barat setelah perang berakhir. Ia mengatakan, kendali harus berupa “otoritas sipil yang direkonstruksi” karena Otoritas Palestina “tidak bersedia melawan Hamas” dan “mereka mengajari anak-anak untuk membenci Israel.”
Netanyahu kembali menolak membahas kesalahan Israel karena tidak mengetahui serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel. “Akan ada cukup waktu [untuk membahasnya] setelah perang,” katanya.
Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel, mengatakan kepada stasiun televisi Channel 12 bahwa mengambil kendali rumah sakit di Gaza akan menjadi kunci bagi tujuan Israel membasmi Hamas. Namun, perlu “kreatifitas taktis yang besar” untuk melakukannya tanpa melukai pasien, warga sipil, dan sandera Israel.
Pejabat militer Israel menuduh Hamas menyembunyikan senjata di terowongan-terowongan di bawah rumah sakit dan mendirikan pusat komando di bawah Shifa dan rumah sakit lainnya, menjadikannya sebagai sasaran militer yang sah. Hamas dan staf rumah sakit menyangkal ini.
Pasukan Pertahanan Israel membantah menembaki Shifa pada Jumat dan menuduh Hamas menembakkan roket ke pasukan Israel yang malah menghantam rumah sakit.
Di tempat lain, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan tank-tank Israel berada 20 meter dari rumah sakit al-Quds di Kota Gaza, memicu “kepanikan dan ketakutan yang luar biasa” di antara 14.000 pengungsi yang berlindung di sana.
Netanyahu menegaskan kembali pada Sabtu bahwa tanggung jawab atas kematian dan cedera warga sipil ada pada Hamas. Dia mengulangi tuduhan lama bahwa Hamas menggunakan warga sipil di Gaza sebagai tameng manusia.
BACA JUGA: WHO: Satu Anak di Gaza Tewas Setiap 10 MenitMiliter Israel mengatakan tentaranya menggempur ratusan pejuang Hamas di fasilitas-fasilitas bawah tanah, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan klinik-klinik dalam pertempuran di Gaza.
Jumlah orang Palestina yang tewas terus bertambah melampaui 11.000. Sekitar 40% dari mereka adalah anak-anak, menurut pejabat Palestina.
Dirjen WHO mengatakan satu anak meninggal setiap 10 menit. “Situasi di lapangan tidak mungkin dijelaskan,” kata Tedros, Jumat. “Koridor rumah sakit penuh dengan korban luka, orang sakit, dan sekarat; kamar mayat luber; operasi dilakukan tanpa anestesi; puluhan ribu pengungsi berlindung di rumah sakit; keluarga-keluarga berdesakan di sekolah-sekolah yang penuh sesak, sangat membutuhkan makanan dan air.”
Juru bicara badan kemanusiaan PBB Jens Laerke mengatakan, “Jika ada neraka di bumi saat ini, namanya adalah Gaza utara.” [ka/ab]