Petenis terkemuka dunia Novak Djokovic, Kamis (29/12), menegaskan kembali pernyataan sebelumnya bahwa ia tidak memiliki perasaan sakit hati saat kembali ke Australia setelah pembatalan visanya dan pendeportasian dirinya pada Januari 2022 menjelang turnamen tenis Australia Terbuka.
Djokovic dideportasi setelah tiba tanpa vaksinasi COVID-19 pada saat negara itu masih memberlakukan peraturan karantina yang ketat dan mengharuskan pendatang menunjukkan bukti vaksinasi.
Peraturan tersebut telah dicabut, dan pada bulan November pemerintah Australia membatalkan larangan berkunjung selama tiga tahun yang menyertai deportasi Djokovic dan memberinya visa untuk kembali ke Australia Terbuka.
Djokovic tiba kembali di Australia pada hari Selasa menjelang Turnamen Adelaide International, di mana dia dijadwalkan bermain minggu depan.
"Senang bisa kembali ke Australia," katanya, Kamis. "Ini adalah negara tempat saya meraih kesuksesan luar biasa dalam karier saya, terutama di Melbourne. Sejauh ini, ini adalah Grand Slam saya yang paling sukses. Saya berharap semuanya akan positif. Jelas (reaksi penggemar) bukanlah sesuatu yang saya bisa prediksi.”
"Saya akan menunjukkan permainan tenis terbaik saya dan berusaha menyenangkan para penonton,” ujarnya.
Djokovic mengaku masih sulit melupakan tindakan deportasi Australia.
"Jelas apa yang terjadi 12 bulan lalu tidak mudah bagi saya, keluarga saya, tim, siapa pun yang dekat dengan saya. Jelas mengecewakan meninggalkan negara seperti itu," katanya.
Ia mengatakan, "Saya tidak bisa melupakan kejadian itu. Itu adalah sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya dan mudah-mudahan tidak akan pernah lagi. Tapi itu adalah pengalaman hidup yang berharga bagi saya."
Djokovic telah membukukan rekor sebagai pemenang turnamen Australia Terbuka sebanyak sembilan kali. [ab/uh]