Dokter Anak di AS: Tetap Waspada, Terus Lakukan Prokes Hadapi COVID-19

  • Karlina Amkas

Dua anak sedang menggambar di tempat penitipan anak untuk para petugas kesehatan dan petugas gawat darurat di SD Midway, di tengah pandemi COVID-19 di Des Moines, Washington, 26 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Data pada situs dokter anak, American Academy of Pediatrics, menunjukkan jarang didapati anak-anak di Amerika yang dirawat di rumah sakit atau bahkan meninggal akibat COVID-19. Namun, dokter anak di Amerika mengatakan jumlah kasus positif pada anak terus meningkat.

Tidak banyak laporan mengenai anak-anak yang positif mengidap virus corona di Amerika. Laporan terbaru disampaikan Reno Gazette Journal, Jumat lalu bahwa terjadi klaster virus corona di sekolah dasar di Nevada, dengan sembilan kasus pada anak-anak usia lima dan enam tahun.

Di Amerika tidak ada masalah terkait COVID pada anak-anak, kata Santi Budiasih, MD, FAAP, dokter spesialis anak yang berpraktek di salah satu klinik di Oshkosh, Wisconsin.

Santi Budiasih, MD, FAAP, dokter spesialis anak di Oshkosh, Wisconsin. "Jangan lengah, tetap waspada, meskipun sudah divaksinasi." (Foto: privat)

“Memang ada beberapa kasus positif tapi alhamdulillah tidak pernah dirawat. Jadi, mild semua (kasus)nya. Memang COVID itu kalau dia menyerang anak-anak, kebanyakan mild dibandingkan kalau menyerang orang dewasa. Memang sifat virusnya begitu,” kata Santi Budiasih.

American Academy of Pediatrics, semacam ikatan dokter anak di Amerika, mencatat kematian akibat COVID-19 di 42 negara bagian plus kota New York dan dua teritori yaitu Puerto Rico dan Guam. Disebutkan bahwa sampai 0,2 persen kematian akibat COVID-19 terjadi pada anak-anak.

Mengacu pada angka itu, menurut Nurul Itqiyah Hariadi, MD, FAAP, dokter spesialis penyakit infeksi anak di Phoenix, Arizona, jumlah kematian anak di Amerika akibat COVID-19 cukup banyak, terutama sebelum April tahun ini. Setelah April, angka itu menurun seiring semakin banyak orang divaksinasi, termasuk remaja, usia 12 sampai 18 tahun.

“Setidaknya sampai April kemarin itu kan memang belum mulai vaksinasi, makanya persentasinya naik. Jumlah kasus totalnya sendiri tidak naik,” jelas Nurul Itqiyah Hariadi.

Arizona adalah salah satu dari 16 negara bagian dengan lebih dari 100 ribu kasus COVID-19 di kalangan anak-anak. Negara bagian itu juga satu dari 10 yang pada Mei lalu mencatat 7.000 kasus per 100 ribu anak. Salah satunya adalah Irfan Huskic, usia lima tahun.

Estri Aulia dan kedua anaknya. Estri kaget anaknya, Irfan, usia 5 tahun, tertular COVID-19. (Foto: privat)

Ibu Irfan, Estri Aulia, tidak menyangka anaknya mengidap virus tersebut. Pasalnya, Irfan tetap aktif walaupun batuk-batuk dan agak demam pada malam. Hasil tes menunjukkan anak pertama dari dua anaknya itu positif COVID-19, tertular ayahnya yang seminggu sebelumnya dinyatakan positif mengidap virus corona.

“Saya kasih vitamin-vitamin dan obat (penurun) panas yang ada obat tidurnya untuk anak-anak. Kalau malam saya kasih itu biar tidurnya cukup,” kata Estri Aulia.

Estri mengaku lega karena beberapa hari kemudian Irfan sembuh. Ia juga dinyatakan tidak lagi mengidap virus tersebut. Namun, Estri tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat kepada keluarganya, termasuk memakai masker setiap kali ke luar rumah walaupun Arizona sudah boleh bebas masker.

“Walaupun ke grocery store, dilihat-lihat orang, kok masih pakai masker? Biar saja. Soalnya tidak tahu nanti mutasi-mutasi gimana itu COVID-nya. Kan banyak varian. Kita takut. Jaga diri saja. Terserah orang mau bilang apa, kita tetap (pakai masker) gitu,” jelas Estri Aulia.

Nurul Itqiyah Hariadi MD, FAAP, dokter spesialis infeksi anak di Phoenix, Arizona, bersama keluarga. Ia menunggu vaksin bagi anak yang lebih muda karena anak keduanya, usia 8 tahun, belum divaksinasi. (Foto: privat)

Selain itu, Estri dan keluarga tidak ke luar rumah, kecuali kalau perlu. Misalnya, yang penting bagi anak-anak, bermain di taman dekat rumah. Itu pun menunggu sampai taman agak sepi dari anak-anak lain, dan terus memakai masker.

Baik Santi maupun Nurul setuju bila orang selalu waspada dan terus menerapkan protokol kesehatan, meskipun di tempat tinggal mereka tidak ada lagi pembatasan dan mereka sudah divaksinasi, mengingat virus corona terus bermutasi.

“Kalau kita lengah, kita bisa lupa bahwa pandemi masih ada. Jadi, do not let our guard down (jangan lengah). Tetap saja waspada,” kata Santi Budiasih.

Selain waspada, Nurul, ibu dua anak, tetap memakai masker sebagai bentuk toleransi kepada anak keduanya, usia delapan tahun, yang belum divaksinasi.

“Kalau saya keluar dengan anak saya yang belum divaksinasi, saya tetap pakai masker. Kita sekeluarga tetap belum makan di restoran karena kasihan kan dia satu yang belum divaksinasi. Jadi, jangan ambil risiko, tetap harus pakai masker, tidak berkegiatan di luar, dan anak juga diingatkan terus pakai masker,” jelasnya. [ka/ab]