'Dokter Tanpa Tapal Batas' Hentikan Operasi Ebola di Kongo

Seorang petugas kesehatan memakai pakaian pelindung di pusat perawatan ebola yang dikelola oleh MSF di Goma, Kongo (foto: dok).

Kelompok bantuan medis “Dokter Tanpa Tapal Batas” MSF mengatakan telah menghentikan operasi pencegahan Ebola dan layanan lain di sebuah kota di bagian timur Republik Demokratik Kongo.

Tindakan ini diambil karena kehadiran pasukan bersenjata pemerintah di dalam sejumlah fasilitas kesehatan. Operasi juga dijadwalkan dihentikan di kota Biakato di propinsi Ituri, di bagian Kivu Utara. Kedua provinsi itu sedang berjuang melawan wabah mematikan itu.

“Dokter Tanpa Tapal Batas” atau biasa dikenal dengan singkatan MSF, mengatakan mereka tidak punya pilihan. Kelompok itu mengatakan harus meninggalkan Biakato karena kehadiran pasukan militer di dalam fasilitas-fasilitas kesehatannya bertentangan dengan prinsip netralitas dan imparsialitas atau tidak memihak.

Wakil Manajer bagi Program-Program Darurat, Trish Newport, mengatakan kepada VOA masalah muncul pada akhir November lalu pasca serangan beberapa kelompok bersenjata. Tiga petugas medis yang menangani Ebola tewas dan banyak lainnya luka-luka.

Menyusul kerusuhan itu, MSF mengatakan pemerintah Kinshasa mengirim pasukan keamanan ke daerah itu untuk melindungi operasi pemberantasan Ebola.

Newport mengatakan ia memahami perlunya melindungi warga sipil dan petugas medis, tetapi kehadiran pasukan bersenjata pemerintah itu menyurutkan warga untuk mendapatkan layanan medis.

“Ada orang-orang yang tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena mereka takut dengan pasukan bersenjata, karena mereka punya pengalaman buruk dengan pasukan bersenjata. Kami selalu mengatakan bahwa fasilitas layanan kesehatan seharusnya tidak dipersenjatai. Tidak boleh ada orang bersenjata di dalam fasilitas-fasilitas ini. Orang-orang harus bisa masuk ke fasilitas perawatan kesehatan yang netral," ujar Newport.

“Dokter Tanpa Tapal Batas” telah bekerja di Biakato sejak tahun 2016, mendukung Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo. Awalnya kegiatan ini difokuskan untuk membantu korban kekerasan seksual. Sejak awal wabah Ebola, MSF memperluas operasi untuk menangani korban penyakit Ebola, baik yang masih merupakan dugaan maupun yang sudah dipastikan menderita penyakit mematikan itu.

Selama tiga tahun terakhir, Newport mengatakan “Dokter Tanpa Tapal Batas” telah membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan masyarakat. Jadi sangat sulit membuat keputusan untuk menutup operasi ini.

“Biakato benar-benar merupakan tempat di mana kami bekerja sangat erat dengan masyarakat. Kami tidak saja memusatkan perhatian pada Ebola. Kami benar-benar mendengar mereka, menanyakan apa prioritas mereka. Misalnya, di satu waktu mereka mengatakan tidak tahu mengapa MSF hanya perlu menanggapi Ebola. Kami, ujar warga masyarakat, tidak punya air bersih di sini. Jadi kami bekerja dengan warga membangun sumur-sumur, supaya mereka punya air bersih. Kami juga menyediakan layanan kesehatan primer, perawatan rumah sakit dan anak-anak,” tambahnya.

Newport mengatakan kepergian MSF merupakan hal yang permanen. Pusat perawatan Ebola dengan 18 tempat tidur dan seluruh aktifivitas kesehatan lainnya akan dilanjutkan oleh Kementerian Kesehatan Kongo, tambahnya. (em/ii)