Ratu Denmark Margrethe II baru-baru ini menggunting pita untuk menandai pembukaan HC Andersen’s House di Odense. Ia mengemukakan dalam pidato yang jarang disampaikannya bahwa penulis buku anak-anak yang paling banyak diterjemahkan di seluruh dunia itu adalah “seorang lelaki yang mengagumkan dan sangat membanggakan.”
Lahir di Odense pada tahun 1805, Andersen menulis beberapa dongeng paling terkenal di dunia, di antaranya "Putri dan Kacang Polong", "Ratu Salju", "Thumbelina", "Putri Duyung Kecil", "Anak Itik yang Buruk Rupa", "Baju Baru Kaisar", "Kisah Burung Bul-bul", "Gadis Penjual Korek Api" dan "Prajurit Timah Pemberani".
Dibangun oleh arsitek kenamaan Kengo Kuma dan timnya, yang juga merancang Stadion Olimpiade di Tokyo, museum Andersen mengarahkan para pengunjung untuk melewati instalasi-instalasi yang dimaksudkan untuk mendorong orang bercermin pada kehidupan modern, alam dan diri sendiri.
Sebagai contoh, direktur kreatif museum itu, Henrik Lubker, menggambarkan ruang yang terinspirasi oleh kisah Putri Duyung Kecil. Ruang itu dilengkapi bantal-bantal yang dirancang agar kelihatan seperti batu-batu karang di dasar laut.
"Anda dapat memasukinya dan berbaring di karang-karang, memandang langit dan Anda dapat mendengar duyung-duyung lain berbicara mengenai betapa indahnya keadaan di luar sana, dan Anda juga dapat mendengar beberapa duyung cantik menyanyi. Kemudian langit seperti kanvas bagi kerinduan kita ketika kita menatap langit. Apa yang kita rindukan, sama seperti yang dirindukan duyung kecil ini mengenai kehidupan di atas sana.”
Di tempat lain, para pengunjung dapat melihat “cermin ajaib” yang memperlihatkan bayangan mereka mengenakan baju-baju yang seronok; melihat tempat tidur dengan tumpukan kasur bagi kisah "Putri dan Kacang Polong", dan mendekati kisah "Gadis Penjual Korek Api" menjelang akhir hidupnya yang tragis dalam animasi stop motion interaktif, karya pembuat boneka Hollywood Andy Gent. Gent adalah pembuat boneka untuk film-film "Isle of Dog" dan "Fantastic Mr. Fox."
"Kita menarasikan kisahnya dengan menekan tombol. Kita melanjutkan kisahnya seperti ketika si gadis penjual korek api menyalakan koreknya. Jadi begitu kita menekan tombol, ia menyalakan koreknya dan akhirnya kita juga yang membawanya ke kematiannya begitu kita membaca kisahnya dan membalik halamannya,” imbuhnya.
Seniman lain yang juga menampilkan karya mereka di museum itu di antaranya seniman potong kertas Veronica Hodges, komponis Louise Alenius dan seniman instalasi Henrique Oliveira.
Your browser doesn’t support HTML5
Museum ini juga menyimpan edisi-edisi pertama karya Andersen yang berharga, dan memamerkan untuk pertama kalinya, surat-surat yang ditulis pengarang yang tidak menikah ini untuk delapan kekasih dalam hubungannya yang gagal.
H.C. Andersen's House sekarang ini terbuka bagi masyarakat umum. [uh/ab]