Ada tambahan tiga anggota DPR dari Partai Republik yang menentang anggota DPR dari negara bagian Ohio Jim Jordan pada putaran ketiga pemungutan suara dibandingkan pada putaran kedua. Hasil itu mendorong penjabat ketua DPR, Patrick McHenry, mengumumkan bahwa belum dicapai kesepakatan mengenai siapa yang berhak memegang palu di lembaga itu.
“Tidak ada orang yang memperoleh mayoritas dari seluruh jumlah suara yang diberikan berdasarkan nama belakangnya. Seorang ketua belum terpilih. Berdasarkan pasal 12A aturan 1, ketua menyatakan DPR kini reses kecuali kemudian ada panggilan dari ketua,” katanya.
Setelah pernyataan oleh penjabat sementara ketua tersebut, Jim Jordan berkomentar sederhana tentang rekan-rekannya dari Partai Republik.
“Saya kira penting bagi kita semua – dan kita semua tahu – untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan apakah mereka ingin saya melanjutkan peran tersebut. Jadi, kami mengajukan pertanyaan kepada mereka. Mereka membuat keputusan berbeda,” ujar Jordan.
BACA JUGA: Kandidat Ketua DPR Jim Jordan Batalkan Pemungutan Suara Putaran Ketiga, Ketua DPR AS Masih KosongKebuntuan di DPR semakin parah dan menjadi krisis besar karena Partai Republik tidak memiliki rencana yang realistis atau yang bisa diterapkan untuk menyatukan anggotanya di DPR yang mayoritas dan kini terpecah, untuk memilih ketua baru dan kembali ke tugas-tugas Kongres yang telah mandek sejak kelompok garis keras menggulingkan Kevin McCarthy sebelumnya bulan ini.
Para anggota Partai Republik yang marah dan frustrasi, yang telah menyaksikan kontrol mayoritas mereka berubah menjadi kekacauan, meninggalkan sidang tertutup dan saling menyalahkan atas perpecahan yang mereka ciptakan.
Langkah selanjutnya sangat tidak pasti sementara para anggota Kongres mulai menawarkan ide-ide baru untuk calon ketua. Namun tampaknya saat ini tidak ada seorang pun yang bisa memenangkan suara mayoritas Partai Republik.
Dalam pemungutan suara pada Jumat pagi, yang merupakan upaya ketiga Jordan, ia kehilangan 25 suara rekannya dari Partai Republik. Hasil itu lebih buruk dibandingkan dengan pemungutan suara pada putaran pertama pada awal pekan lalu, dan jauh dari mayoritas yang dibutuhkan, karena mereka menentang pendekatan garis kerasnya.
Selama lebih dari dua minggu, kebuntuan ini telah membuat berbagai kegiatan legislasi di DPR AS terhenti, sehingga sistem demokrasi Amerika berjuang di tengah tantangan yang ada, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dengan Partai Republik menguasai mayoritas DPR, yakni dengan 221 kursi lawan 212 kursi untuk Partai Demokrat, seorang kandidat ketua hanya bisa kehilangan maksimal empat suara. Namun, tampaknya saat ini tidak ada seorang pun dari Partai Republik yang dapat memperoleh mayoritas, 217 suara, untuk menjadi ketua DPR.
DPR telah lumpuh selama lebih dari dua minggu sejak delapan anggota Partai Republik bergabung dengan Partai Demokrat dalam pemungutan suara bersejarah untuk mencopot Kevin McCarthy dari Partai Republik California sebagai ketua DPR.
Pemungutan suara lainnya diperkirakan akan diselenggarakan paling cepat pada hari Selasa (24/10) setelah Partai Republik memutuskan kandidat pilihan baru untuk menghadapi pemimpin DPR dari Partai Demokrat, Hakeem Jeffries.
Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat (20/10) mengirimkan ke Kongres permintaan bantuan luar negeri $106 miliar, yang sebagian besar terdiri dari dana untuk membantu Israel dan Ukraina dalam perang Israel melawan Hamas dan perang Ukraina melawan Rusia.
Sampai DPR memilih seorang ketua, badan tersebut tidak akan dapat menyetujui atau menolak rancangan undang-undang anggaran apa pun. DPR menghadapi tenggat 17 November ketika dana untuk seluruh pemerintah federal habis. Jika tidak ada langkah pendanaan baru yang disetujui, maka bisa terjadi shutdown atau terhentinya sebagian operasi pemerintah federal, termasuk penutupan kantor-kantor yang dianggap tidak esensial. [lt/ka]