Dua anak orang utan Sumatra (pongo abelii) bernama Siti dan Sudin yang menjalani sekolah hutan di Sumatran Orangutan Reintroduction Center (SORC) Sungai Pengian, provinsi Jambi, terus menunjukkan kemajuan besar dalam mempelajari keterampilan bertahan hidup di alam liar. Kini, sejak diselamatkan dari transaksi perdagangan satwa ilegal pada tahun 2021 di Pelabuhan Bakauheni Lampung, dua anak orang utan Sumatra itu berpeluang untuk dilepasliarkan ke habitatnya.
Meskipun kedua orang utan itu masih berusia sekitar empat tahun. Namun Siti dan Sudi telah cekatan untuk memanjat, membangun sarang, mencari, dan memakan berbagai jenis pakan di hutan.
Staf ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indra Exploitasia, mengatakan kedua orang utan itu memiliki perjalanan panjang sebelum berada di SORC Sungai Pengian.
“Setelah sempat dirawat di Lampung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memutuskan Siti dan Sudin untuk direhabilitasi di Jambi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” katanya pada Sabtu (19/8).
Kemudian, Siti dan Sudin menjalani tahapan rehabilitasi di antaranya karantina. Bahkan Siti yang sempat mengalami radang paru-paru harus mendapatkan perawatan intensif oleh dokter hewan selama tiga bulan. Pada Januari 2022 Siti dan Sudin memulai pelatihan adaptasi di sekolah hutan SORC Sungai Pengian.
“Sekolah hutan merupakan langkah awal untuk mempersiapkan orang utan untuk kembali ke alam liar dengan memberikan pelatihan adaptasi yang komprehensif,” ujar Indra.
Ia menambahkan bahwa orang utan dapat belajar beradaptasi secara bertahap terhadap lingkungan hutan dan mengenali berbagai jenis pakan dari hutan yang dapat dimakan.
"Saat ini Siti dan Sudin masih menjalani proses reintroduksi di antaranya belajar hidup di alam melalui pelatihan sekolah hutan. Setiap hari trainer orang utan membawa keduanya mengikuti sekolah hutan dari pagi hingga sore,” ujarnya.
Perkembangan Pesat
Siti dan Sudin pun terus menunjukkan perkembangannya selama berada di sekolah hutan. Hal itu terlihat dari interaksi sosial Siti dan Sudin dengan orang utan lain yang telah dilepasliarkan. Bukan hanya itu, Siti dan Sudin juga banyak belajar dan meniru aktivitas dari orang utan lain.
“Kehadiran orang utan lain yang memiliki kemampuan bertahan hidup baik telah membantu proses belajar mereka kembali hidup di alam liar,” ungkap Indra.
Selama berada di sekolah hutan SORC Sungai Pengian, dua anak orang utan itu menunjukkan karakter mereka masing-masing. Siti lebih aktif dan pemberani, sedangkan Sudin sedikit pemalu namun lincah dalam bergerak. Keduanya pun kerap bermain bersama baik di kandang maupun saat menjalani sekolah hutan.
Kemampuan dalam hal memanjat pohon juga ditunjukkan dua anak orang utan Sumatra itu. Awalnya mereka kerap jatuh ke tanah saat belajar memanjat. Kini, keduanya telah lihai memanjat pohon dengan ketinggian 10-20 meter dari atas tanah.
“Keduanya selalu berusaha memanjat kembali sehingga mereka sekarang sudah terampil dan lincah dalam memanjat maupun berpindah-pindah pohon,” ucap Indra.
Siti dan Sudin juga telah banyak belajar memakan berbagai jenis pakan hutan mulai dari buah, daun, kambium, bunga, dan serangga. Mereka paling banyak memakan buah hutan seperti liana, barangan, besai, mahang, dan tapus.
Selama menjalani sekolah hutan di sekitar area SORC, Siti dan Sudin banyak bertemu denhan orang utan yang telah dilepasliarkan. Mereka paling suka bermain dengan orang utan lain yang masih muda. Siti dan Sudin juga sering meniru dan belajar dari aktivitas induk serta anak orang utan di sekolah hutan.
Saat ini Siti dan Sudin sedang belajar membuat sarang di atas pohon. Kemampuan Siti dalam hal membuat sarang dengan kualitas baik juga tak diragukan lagi. Dia mencari dahan yang kuat untuk membangun sarang. Kemudian, dia mulai melipat daun dan ranting menjadi sarang kecil.
“Sementara Sudin suka mengamati Siti yang sedang membangun sarang. Namun Sudin belum bisa membuat sarang. Sudin masih berbagi sarang dengan Siti atau menggunakan bekas sarang orang utan lain untuk beristirahat,” ungkap Indra.
Meskipun telah mampu membuat sarang di atas pohon. Kedua anak orang utan itu masih tinggal di kandang SORC. Keduanya juga mendapatkan perawatan dari staf SORC setiap harinya.
“Trainer orang utan akan membawa mereka untuk mengikuti sekolah hutan saat cuaca cerah. Saat turun hujan, mereka tidak pergi ke sekolah hutan dan menerima sesi pengkayaan perilaku di dalam kandang. Selama di kandang itu mereka juga mendapatkan berbagai jenis pakan selama tinggal dalam kandang yaitu buah, sayuran lokal, pakan dari hutan dan susu. Makanan favorit mereka adalah pisang dan nanas,” jelas Indra.
Perkembangan Siti dan Sudin dalam menjalani program reintroduksi di SORC Sungai Pengian terus dipantau. Hasil evaluasi kelak akan memungkinkan dua anak orang utan ini dilepasliarkan sepenuhnya ke habitatnya.
“Kami berharap Siti dan Sudin dapat tumbuh dengan baik dan dilepasliarkan di hutan bentang alam Bukit Tiga Puluh,” pungkas Indra. [aa/em]