Dua korban itu, Eka Supratmi (46 tahun) dan Ruffi Kusuma Putri (9 tahun), ditemukan nyaris dalam keadaan berpelukan. Eka adalah perempuan paruh baya yang malam itu menemani Ruffi karena kedua orang tuanya sedang pergi. Keduanya berada di dalam rumah ketika tebing setinggi lebih dari seratus meter longsor dan menimbun permukiman di bawahnya. Satu korban lagi, yang rumahnya bersebelahan, telah ditemukan pada hari Senin lalu.
Penemuan jenazah kedua korban dimulai ketika ujung rambut Ruffi mulai terlihat di gundukan tanah. Namun, upaya itu berjalan lambat karena sisa material bangunan membutuhkan upaya lebih keras dalam pembersihannya. Proses evakuasi itu diceritakan oleh Aditya Dwi Hartanto, Kepala Seksi Operasional SAR Yogyakarta kepada media Rabu sore (20/3) di lokasi longsor, Imogiri Kabupaten Bantul.
“Terhambat karena tumpukan material agak tebal dan bercampur dengan material seperti beton, bukan hanya lumpur. Kedalaman jenazah sendiri diperkirakan kalau dari tumpukan awal pada Senin lalu sekitar 4-5 meter. Korban ditemukan di ruang belakang rumah, yang pertama Ruffi, dan kemudian Bu Eka. Posisi keduanya berdekatan, kemungkinan seperti berpelukan,” kata Aditya.
Tim gabungan sebenarnya melakukan evakuasi setiap hari mulai Senin pagi. Namun, cuaca yang kurang mendukung membuat proses tersebut terhambat. Lereng bukit yang curam tepat di bawah kawasan Makam Raja-Raja Mataram, berpotensi longsor jika hujan deras turun. Karena itulah, proses evakuasi dilakukan dengan perhitungan matang. “Kendala kami sejak hari pertama sampai hari ini adalah jika terjadi hujan, karena otomatis proses evakuasi dihentikan,” tambah Aditya
Your browser doesn’t support HTML5
Empat alat berat dikerahkan untuk memindahkan ribuan meter kubik tanah dan sisa bangunan. Dengan ditemukannya dua korban ini, Badan SAR secara resmi menghentikan operasi di lokasi.
Kabupaten Bantul sendiri telah menyatakan keadaan darurat selama 7 hari sejak Senin lalu. Khusus untuk warga yang tinggal di lokasi longsor, pemerintah setempat berharap bersedia melakukan evakuasi mandiri. Sejumlah warga akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah tetangga atau saudara, sampai rekomendasi untuk kembali ke rumah masing-masing diberikan.
Bupati Bantul, Suharsono mengaku sudah menyiapkan anggaran penanganan bencana untuk mengurangi penderitaan keluarga korban dan warga sekitar lokasi longsor.
“Untuk sementara rekomendasi dari Dinas Pekerjaan Umum, sudah diharapkan yang masih rawan longsor untuk mengungsi karena cuaca belum stabil. Istirahatlah di tempat saudara dulu. Yang lokasi rumahnya membahayakan, kita minta untuk pindah dahulu. Setidaknya sampai tujuh hari ke depan, kalau perlu bisa kita perpanjang,” ujar Suharsono.
Meskipun operasi SAR dihentikan, pemerintah daerah masih melanjutkan penanganan kawasan longsor di perbukitan Imogiri. Sisa bangunan rumah-rumah penduduk harus dibersihkan, dan material tanah disingkirkan untuk membuka akses jalan.
Terkait apakah perkampungan tersebut akan direlokasi, pemerintah Kabupaten Bantul akan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Sejauh ini belum ada keputusan, karena mempertimbangkan faktor kekerabatan warga. Puluhan tahun tinggal bersama di kawasan itu, tentu tidak akan mudah untuk pindah secara permanen meski terancam bahaya longsor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto memaparkan, pihaknya sementara ini akan melakukan identifikasi status tanah. Kawasan Imogiri sejak lama dikenal sebagai lokasi wisata religi, dan karena itu cukup menguntungkan bagi masyarakat. Faktor itulah yang mungkin akan menjadi kendala dalam melakukan relokasi. Pihaknya akan meminta saran dari lembaga resmi untuk penanganan lebih lanjut.
“Minimal, untuk yang saat ini terkena dampak langsung, itu harus bebas dari pemukiman supaya tidak ada kejadian seperti itu lagi. Kemudian, kami akan meminta bantuan dari Badan Geologi di Bandung untuk menganalisa kondisi tanah. Dengan dasar kajian itulah, akan disampaikan ke masyarakat kondisinya seperti ini dan solusinya seperti ini,” kata Dwi.
BMKG sendiri sudah menyatakan bahwa badai tropis Savannah telah menjauh ke selatan. Meski dalam dua hari terakhir hujan kadang masih turun di wilayah selatan Jawa, namun intensitasnya akan terus berkurang. Hari Minggu (17/3) lalu, ekor badai tropis Savannah sempat menimbulkan hujan ekstrem di wilayah selatan Jawa. Banjir besar terjadi di bagian selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Kabupaten Gunungkidul, pemerintah daerah setempat menyatakan setidaknya 25 kapal nelayan hilang terbawa arus akibat badai tropis ini. [ns/uh]