Dua Pemain Basket Profesional AS Positif Terjangkit Covid-19

Pebasket DeAndre Jordan saat memasukkan bola ke dalam net saat bertanding melawan klub Orlando Magic di Los Angeles, 11 Januari 2017. (AP Photo/Mark J. Terrill)

Satu bulan sebelum Asosiasi Bola Basket Nasional Amerika (NBA) dijadwalkan memulai kembali musim pertandingan yang dipersingkat karena wabah virus corona, dua anggota klub Brooklyn Nets dinyatakan positif mengidap Covid-19.

Tim itu menyatakan DeAndre Jordan dan Spencer Dinwiddie dinyatakan positif Covid-19 sekembalinya mereka ke Kota New York pekan lalu untuk berlatih di fasilitas tim tersebut.

Jordan mengeluarkan pernyataan melalui Twitter yang mengukuhkan diagnosisnya dan menyatakan ia tidak akan bergabung dengan timnya sewaktu NBA memulai kembali musim pertandingan reguler di Walt Disney World in Orlando, Florida pada 30 Juli.

Sementara itu Dinwiddie dalam cuitannya di Twitter mengatakan ia masih berencana bermain bersama timnya di Orlando, tetapi mengakui bahwa ia termasuk “satu di antara beberapa pasien yang mengalami beragam gejala.”

Jordan dan Dinwiddie adalah pemain NBA terakhir yang dinyatakan positif mengidap Covid-19 sejak para anggota 22 tim yang akan mengikuti pertandingan playoff mulai berlatih. Komisioner NBA Adam Silver Jumat lalu mengumumkan bahwa 16 dari 302 pemain NBA telah dinyatakan positif Covid-19 sejak melapor untuk kembali ke fasilitas latihan tim mereka. Empat pemain Nets dites positif pada Maret lalu, pada awal-awal perebakan wabah, termasuk di antaranya Kevin Durant, yang absen sepanjang musim pertandingan lalu karena cedera kaki.

Florida adalah satu dari belasan negara bagian di AS yang mengalami lonjakan dramatis penularan baru Covid-19. Di AS telah tercatat lebih dari 2,5 juta orang dengan 126 ribu lebih kematian. Banyak negara bagian yang memperlambat atau menghentikan rencana membuka kembali aktivitas ekonomi mereka agar kembali normal, termasuk di antaranya dengan menutup pantai-pantai dan bar, serta membatalkan rencana membuka kembali layanan makanan di dalam restoran.

Dr. Anne Schuchat, pakar penyakit menular terkemuka di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Senin (29/6) mengatakan, virus corona menyebar terlalu cepat dan menjangkau banyak tempat di AS yang membuat virus itu sulit dikendalikan.

Ia menyebut lonjakan kasus baru “hanyalah awal,” dan mengatakan kasus-kasus baru itu tidak diidentifikasi dengan cepat dan diisolasi dengan penelusuran kontak yang tepat. Ia meminta masyarakat untuk mengenakan masker, mempraktikkan social distancing dan tidak mengharap ada pelonggaran sebelum ada vaksin untuk penyakit ini.

BACA JUGA: Negara-Negara yang Berhasil Tangani Covid-19 Alami Lonjakan Penularan Baru

AS diperkirakan akan masuk daftar Uni Eropa mengenai negara-negara yang warganya dilarang memasuki kawasan itu karena Covid-19. Para diplomat menyatakan Brazil, India dan Rusia juga diperkirakan masuk daftar itu mengingat tingginya jumlah kasus di negara-negara tersebut.

“Ini bukan soal bersikap baik atau tidak baik kepada negara-negara lain, tapi ini merupakan praktik bertanggung jawab pada diri sendiri,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya kepada radio Spanyol. Para diplomat Uni Eropa menyatakan daftar itu akan direvisi setiap 14 hari.

Presiden Donald Trump melarang sementara sebagian besar pengunjung asal Eropa memasuki AS pada bulan Maret.

PM Kanada Justin Trudeau menyatakan kondisi terburuk dalam wabah virus corona telah berlalu di Kanada tetapi ia mendesak rakyat untuk tetap waspada.

Suasana di Leicester, Ingrris, di tengah pandemi Covid-19, 29 Juni 2020. (REUTERS/Carl Recine)


Sementara itu, pihak berwenang di Inggris telah memberlakukan kembali serangkaian lockdown di Leicester, kota di bagian tengah Inggris, karena kemunculan kembali kasus-kasus Covid-19. Menteri Kesehatan Matt Hancock Senin (30/6) mengumumkan bahwa sekolah-sekolah dan bisnis non-esensial akan ditutup di kota berpenduduk 350 ribu orang itu pekan ini, seraya mendesak masyarakat agar menghindari perjalanan tidak penting keluar masuk Leicester. Lockdown di kota itu diberlakukan sementara Inggris perlahan-lahan mulai membuka kembali ekonominya setelah wabah mencapai puncaknya.

Di Selandia Baru, PM Jacinda Ardern mengumumkan negaranya akan menjadi tuan rumah KTT forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dengan menggunakan platform digital, membatalkan rencana untuk menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri langsung anggota blok itu di Auckland.

Selandia Baru telah menjadi contoh kisah sukses menanggapi pandemi, dengan memberlakukan lockdown yang ketat pada awal perebakan wabah. Dampaknya, kurang dari 1.200 kasus dan 22 kematian akibat virus corona di antara lima juta warganya.

Ardern mengatakan seruan sejumlah politisi untuk membuka kembali perbatasan negara di Pasifik itu bagi pengunjung internasional dengan meningkatnya jumlah penularan di berbagai penjuru dunia benar-benar berbahaya. [uh/ab]