Duta Besar Palestina untuk PBB, Rabu (18/10), mengecam Israel di Dewan Keamanan PBB dan menuding Israel membunuh ratusan warga sipil di Gaza.
“Israel melakukan pembantaian di Gaza setiap hari selama lebih dari sepuluh hari sekarang,” kata Duta Besar Riyad Mansour.
“Tidak ada hak untuk melakukan pembantaian dalam hukum internasional,” kecamnya.
Mansour juga menegaskan kembali klaim Palestina bahwa Israel bertanggung jawab atas serangan udara terhadap rumah sakit Al-Alhi di Gaza yang menewaskan ratusan warga sipil. “Pembantaian di rumah sakit berdampak besar pada opini publik global sehingga mereka harus mengubah taktik dan mengubah cerita yang sebenarnya menjadi cerita baru,” kata Mansour.
Sementara Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan, Rabu, mengecam Hamas dalam pidato yang berapi-api di Dewan Keamanan PBB. Ia menyerukan tindakan tegas.
"Tujuan mereka adalah memusnahkan Israel. Dan jika Hamas mempunyai kesempatan untuk melakukan kekejaman ini lagi, mereka akan melakukannya. Kalian tahu itu," kata Erdan.
Ia menambahkan bahwa Hamas adalah "organisasi teror yang tidak berbeda dengan ISIS. Mereka tidak percaya pada dialog, mereka tidak menginginkan dialog, tidak pada solusi politik. Mereka hanya percaya pada pemusnahan orang Yahudi dan pemusnahan negara Yahudi. Tidak ada yang bisa mengubah ideologi genosida mereka,” katanya.
BACA JUGA: Menlu RI: OKI Dibentuk untuk Palestina, Sekarang Saatnya BertindakDuta Besar Amerika untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan kepada dewan keamanan bahwa hasil penilaian terkini atas serangan tersebut menunjukkan bahwa “Israel tidak bertanggung jawab” atas serangan pada Rabu.
Ada klaim yang saling bertentangan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ledakan di rumah sakit itu. Para pejabat di Gaza dengan cepat menuding bahwa itu adalah serangan udara Israel. Israel membantah terlibat dan merilis rangkaian video, audio, dan informasi lain yang dikatakan menunjukkan bahwa ledakan tersebut akibat tembakan rudal Jihad Islam, yang salah sasaran. Jihad Islam, kelompok militan lain yang beroperasi di Gaza, menolak klaim tersebut. [ka/lt]