Duta Besar Arab Saudi untuk Washington, Selasa (30/1) mengatakan dia kecewa dengan kritik baru-baru ini dari legenda tenis Chris Evert dan Martina Navratilova tentang uang Saudi yang mengalir ke olahraga tersebut.
Kedua petenis yang kini telah pensiun, yang masing-masing memenangkan 18 gelar tunggal Grand Slam, menulis kolom opini di harian The Washington Post pekan lalu yang mengatakan Asosiasi Tenis Wanita (Women's Tennis Association/WTA) harus membatalkan pembicaraan tentang penyelenggaraan Final WTA di negara Teluk itu.
Mereka mendasarkan posisi mereka pada “status perempuan yang tidak setara (yang) masih tertanam kuat dalam hukum Saudi” dan masalah hak asasi manusia lainnya, termasuk kriminalisasi terhadap kelompok LGBTQ.
Dalam tanggapan yang diposting di media sosial, Putri Reema binti Bandar al-Saud, duta besar Saudi untuk AS, mengatakan artikel tersebut “sangat menyakitkan saya” dan mengabaikan kemajuan terkini bagi perempuan di Arab Saudi.
Navratilova dan Evert “telah meninggalkan para perempuan yang mereka inspirasi dan ini sangat mengecewakan,” tulis Putri Reema.
Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammad bin Salman, yang menjadi pewaris takhta pertama pada tahun 2017, larangan Arab Saudi terhadap perempuan mengemudi telah dicabut, begitu pula peraturan yang mewajibkan pemisahan gender di depan umum dan penggunaan jubah abaya.
Putri Reema menulis bahwa perempuan “memiliki lebih dari 300.000 bisnis, dan sekitar 25 persen perusahaan rintisan kecil dan menengah,” yang menurutnya sebanding dengan Amerika Serikat.
Namun beberapa pegiat hak asasi manusia meragukan seberapa dalam reformasi tersebut berjalan, dan menekankan bahwa perempuan telah terjerat oleh kampanye penangkapan yang lebih luas yang menarget para pengkritik pemerintah.
Undang-undang status pribadi yang telah lama ditunggu-tunggu, yang oleh Riyadh disebut sebagai undang-undang yang “progresif,” telah dikritik karena memuat apa yang digambarkan oleh Human Rights Watch sebagai “ketentuan diskriminatif terhadap perempuan terkait pernikahan, perceraian, dan keputusan mengenai anak-anak mereka.”
Olahraga adalah komponen utama agenda reformasi ekonomi dan sosial Visi 2030 Pangeran Mohammad.
Eksportir minyak terbesar di dunia ini juga mengeluarkan banyak uang untuk memikat para pemain bintang dan akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Negara ini sudah menjadi tuan rumah F1 dan tinju kelas berat, dan sedang dalam pembicaraan untuk mengambil peran penting dalam dunia golf. [lt/ab]