Dubes Scot Marciel: AS akan Terus Sebut Minoritas Myanmar 'Rohingya'

Data Besar baru Amerika untuk Myanmar, Scot Marciel, dalam jumpa pers di Kedutaan Amerika di Rangoon (Yangon), Selasa (10/5).

Banyak warga Buddha Myanmar menyerukan agar kelompok itu disebut sebagai ‘Bengali,’ atau orang Benggala, yang berarti mereka adalah imigran ilegal dari Bangladesh.

Duta Besar baru Amerika untuk Myanmar mengatakan ia akan terus menggunakan istilah Rohingya untuk minoritas Muslim yang teraniaya di negara Asia Tenggara itu.

“Pendekatan kami secara global, dan praktek internasional yang normal, adalah mengakui bahwa masyarakat di mana pun memiliki kemampuan, mereka bisa memilih sebutan apa yang mereka unginkan,” kata Duta Besar Scot Marciel, dalam jumpa pers di Kedutaan Amerika di Rangoon (Yangon), Selasa (10/5).

Banyak warga Buddha Myanmar menyerukan agar kelompok itu disebut sebagai ‘Bengali,’ atau orang Benggala, yang berarti mereka adalah imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun banyak di antara mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. Pemerintah Myanmar tidak resmi mengakui Rohingya sebagai kelompok etnis, dan menolak untuk memberikan berbagai hak dan kewarganegaraan mereka.

Warga Rohingya juga sebagian besar dilarang menempuh pendidikan tinggi dan terus menerus menghadapi ancaman kekerasan sementara ekstremisme Buddha semakin menguat.

Sekitar 120.000 warga Rohingya hidup di kamp-kamp pengungsian kumuh setelah dipaksa meninggalkan rumah mereka menyusul kekerasan yang meletus di negara bagian Rakhine antara umat Buddha dan Muslim pada tahun 2012.

Data besar Marciel mendesak pemerintah Myanmar agar segera menangani kebutuhan kemanusiaan di negara bagian Rakhine, tempat kediaman sekitar 1 juta warga Rohingya. [lt]