Warga desa yang marah, Kamis (5/8), berunjuk rasa di luar sebuah krematorium di ibu kota New Delhi. Mereka mengatakan seorang anak perempuan berusia sembilan tahun diperkosa dan dibunuh di krematorium tersebut pada awal pekan ini.
Para demonstran membawa karton-karton besar bertuliskan tuntutan keadilan bagi anak perempuan malang itu, yang tinggal tidak jauh dari lokasi demonstrasi tersebut. Kasus ini kembali memicu kemarahan atas besarnya jumlah kejahatan seksual yang mengerikan terhadap perempuan di India, dan juga perlakuan terhadap warga di tingkat terendah dalam sistem kasta yang kaku di negara itu. Gadis itu berasal dari kasta terendah.
BACA JUGA: Polisi India Tuduh Keterlibatan Asing dalam Demo Perkosaan Beramai-ramaiEmpat laki-laki yang dicurigai melakukan pemerkosaan dan pembunuhan itu adalah pekerja di krematorium tersebut. Kantor berita Associated Press mengutip polisi setempat, Ingit Pratap Singh, yang mengatakan keempatnya telah ditangkap, tetapi belum didakwa.
Polisi mengatakan anak perempuan itu pada Minggu (1/8) mengatakan kepada ibunya bahwa ia akan mengambil air di keran, di sebuah krematorium di barat daya New Delhi. Sekitar 30 menit kemudian, tambah polisi, pendeta di krematorium itu menelepon sang ibu dan mengatakan putrinya telah tersengat arus listrik.
Tubuh anak perempuan itu diperlihatkan pada sang ibu. Namun kemudian para tersangka mengkremasi mayat anak perempuan itu tanpa menghubungi pihak berwenang.
Nama ibu itu tidak disebut karena undang-undang di India melarang pengungkapan informasi yang dapat mengidentifikasi korban kejahatan seksual.
Penduduk desa mengatakan sebagian mayat anak perempuan itu berhasil diselamatkan dari krematorium tersebut.
Singh mengatakan mengingat sebagian mayat anak perempuan itu telah dikremasi, pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kematiannya tidak dapat menentukan apakah ia telah diperkosa, atau bagaimana ia dibunuh.
BACA JUGA: Pemimpin Partai Oposisi India Sempat Ditahan dalam Protes Pemerkosaan“Penyebab kematiannya tidak dapat disimpulkan,” ujar Singh.
Polisi mengatakan beberapa pakar forensik masih memeriksa pakaian anak perempuan itu untuk mengetahui cairan tubuh atau bukti-bukti lainnya.
Tersangka telah ditahan, tetapi berdasarkan undang-undang di India, mereka tidak dapat dituntut secara resmi sebelum polisi menyelesaikan penyelidikan.
15 Menit, 1 Perempuan
Pemerkosaan dan kekerasan seksual telah menjadi sorotan di India sejak pemerkosaan massal dan pembunuhan seorang mahasiswa berusia 23 tahun di dalam bis di New Delhi pada 2012.
Serangan itu memicu demonstrasi besar-besaran dan mengilhami parlemen untuk memerintahkan pembentukan pengadilan jalur cepat khusus untuk kasus pemerkosaan dan mempertegas hukuman bagi mereka yang dihukum karena melakukan kejahatan itu.
Empat laki-laki yang divonis hukuman mati karena terbukti bersalah dalam serangan 2012, akhirnya dihukum gantung.
Namun kejahatan itu masih terus terjadi. Menurut data pemerintah, setiap 15 menit, seorang perempuan di India diperkosa.
Organisasi hak-hak asasi manusia mengatakan perempuan yang berada di tingkat terendah dalam hierarki kasta Hindu-India atau disebut Dalit, sangat rentan terhadap kekerasan seksual dan serangan lainnya.
BACA JUGA: Lagi, Pemerkosaan dan Pembunuhan Perempuan Guncang IndiaMereka mengatakan laki-laki dari kasta yang dominan sering menggunakan kekerasan seksual sebagai senjata untuk memperkuat hierarki represif. Ditambahkan, polisi sering gagal menyelidiki kejahatan semacam itu, dan para penyintas dan keluarga mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan keadilan.
Tina Verma, seorang aktivis perempuan yang ikut berdemonstrasi bersama sekitar 200 demonstran di luar krematorium itu, mengatakan ia kerap melihat anak perempuan yang diduga telah diperkosa dan dibunuh itu mengemis di luar kuil Muslim-Sufi di seberang krematorium itu.
“Saya bergidik memikirkan apa yang telah mereka lakukan pada anak perempuan itu,” ujar Verma, yang sudah dua hari mogok makan untuk menuntut keadilan bagi anak itu.
“Ini adalah kejahatan barbar yang harus ditangani dengan cepat,” tambahnya lirih. [em/ps]