Global Network, aliansi lembaga-lembaga kemanusiaan dan pembangunan, memperingatkan bahwa jumlah orang yang menghadapi kelaparan akut di seluruh dunia tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan. Jaringan itu, yang mencakup Uni Eropa, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, dan Program Pangan Dunia, menyerukan aksi untuk mengatasi krisis yang mengancam nyawa tersebut.
Para penulis laporan itu memperingatkan krisis akan memburuk tahun ini. Mereka mengatakan pemicu utama kerawanan pangan - konflik, perubahan iklim, dan pandemi COVID-19 - mendorong semakin banyak orang ke dalam kemiskinan. Mereka mengatakan orang tidak mampu membayar harga makanan.
BACA JUGA: Laporan PBB: Hampir 193 Juta Orang di Dunia Kekurangan PanganDirektur eksekutif Program Pangan Dunia, David Beasley, menyebutnya sebagai badai yang sempurna. Dia mengatakan semua kemajuan yang telah dicapai dalam memberi makan orang miskin, lenyap karena apa yang terjadi di Afghanistan, Ethiopia, dan sekarang Ukraina.
“Kalau kita lihat ke seluruh dunia, 276 juta orang berbaris menuju kelaparan. Dan kini sumber pangan dunia kita berubah menjadi sasaran bantuan pangan. Siapa yang pernah menyangka bahwa kita akan mengalami ini dalam masa hidup kita. Migrasi massal terjadi dari Ukraina. Dan itu akan menghancurkan situasi ketahanan pangan di seluruh dunia,” ujarnya.
Beasley mencatat, bila dijumlahkan bersama, Ukraina dan Rusia menghasilkan 30 persen gandum dunia, 20 persen tepung jagung dunia, dan hingga 80 persen minyak biji bunga matahari. Dia mengatakan pasokan itu tidak keluar dari Ukraina karena Rusia telah memblokade pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam.
“Jika situasi ini tidak diatasi, bukan hanya akan timbul kelaparan tetapi juga destabilisasi di beberapa negara di dunia karena, kita tahu, terjadi kekeringan tambahan dan semua jenis masalah. Akan timbul migrasi massal karena desakan kebutuhan. Tidak ada yang menginginkan itu,” imbuhnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell memperingatkan krisis pangan global mengancam kelangsungan hidup anak-anak. Dia menyebut nutrisi yang baik sebagai landasan kelangsungan hidup dan perkembangan anak.
“Sebaliknya, nutrisi yang tidak memadai adalah penyebab utama kematian anak. Faktanya, hampir setengah dari semua kematian anak balita disebabkan kekurangan gizi. Kami memperkirakan bahwa pada akhir 2021, 50 juta anak menderita kekurangan gizi, bentuk kekurangan gizi yang paling mengancam nyawa. Kami memperkirakan jumlah ini sekarang lebih tinggi,” ujar Russell.
Global Network menyerukan aksi bersama yang terkoordinasi untuk mengatasi krisis pangan dan gizi. Dikatakan, sekarang ini diperlukan dana darurat untuk menarik orang-orang dari jurang kelaparan, dan tindakan jangka panjang untuk menciptakan sistem pertanian pangan yang lebih berkelanjutan. [ka/lt]