Dunia menghadapi peningkatan kelaparan eksponensial yang dipicu oleh krisis iklim jika tindakan global untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan goncangan dan tekanan iklim tidak dilakukan segera, demikian peringatan dari Program Pangan Dunia PBB (WFP) menjelang Hari Pangan Sedunia.
Analisa WFP menunjukkan bahwa kenaikan suhu global rata-rata 2°C dari tingkat pra-industri akan menyebabkan 189 juta orang terperangkap di dalam bencana kelaparan demikian dilaporkan oleh kantor berita AP.
Komunitas yang rentan, yang sebagian besar bergantung pada pertanian, perikanan, dan peternakan serta yang berkontribusi paling sedikit terhadap krisis iklim, akan terus menanggung beban dampak itu sementara mereka hanya memiliki sarana terbatas untuk meredam beban tersebut.
WFP mengatakan puluhan ribu nyawa terancam di Madagaskar selatan, salah satu dari banyak tempat di dunia saat ini di mana kondisi seperti kelaparan disebabkan oleh perubahan iklim. Kekeringan berturut-turut telah menjerumuskan hampir 1,1 juta orang mengalami kelaparan parah.
Hampir 14.000 diantaranya dalam kondisi kelaparan dan jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda pada akhir tahun. Hingga 63 persen orang di selatan negara itu adalah petani penggarap yang mata pencahariannya hilang, dan satu-satunya sumber makanan mereka hilang karena kekeringan.
WFP mengatakan, ketika digabungkan dengan konflik, krisis iklim memperburuk kerentanan yang mereka derita, memperbesar kerusakan, kehancuran, dan keputusasaan. Peristiwa iklim ekstrem di daerah yang terkena dampak konflik, menghancurkan sumber daya yang sudah sedikit bagi keluarga dan bahkan menghambat upaya kemanusiaan untuk menjangkau masyarakat. Di Afghanistan, kekeringan parah yang terkait dengan konflik dan kesulitan ekonomi telah membuat sepertiga penduduk mengalami kelaparan, menurut WFP.
Gernot Laganda, Kepala Program Pengurangan Risiko Bencana dan Iklim WFP, mengatakan, pada tahun 2020, ada 30 juta orang yang mengungsi di negara mereka sendiri akibat iklim ekstrem, dan pada tahun 2050 ia memperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi 216 juta, yaitu sekitar tujuh kali lipat. Iklim mengancam kemampuan mereka untuk menanam pangan, memperoleh pendapatan dan mengatasi beban.
WFP telah mendukung 39 pemerintah, membantu pemerintah mewujudkan ambisi iklim nasional mereka. Pada tahun 2020, WFP mengimplementasikan solusi manajemen risiko iklim di 28 negara, memberi manfaat bagi lebih dari enam juta orang sehingga mereka lebih siap menghadapi guncangan dan tekanan iklim serta dapat pulih lebih cepat.
Your browser doesn’t support HTML5
WFP telah memobilisasi hampir $300 juta untuk aksi iklim dalam dekade terakhir. Di Bangladesh, WFP mendukung masyarakat yang terkena dampak musim hujan lebat dan banjir dengan bantuan tunai sebelum bencana sehingga mereka bisa membeli makanan dan obat-obatan, melindungi aset penting, dan mengangkut ternak dan keluarga ke tempat yang aman.
Dengan menggunakan data peringatan dini untuk memicu tindakan, WFP mengatakan mereka memberdayakan rumah tangga untuk bersiap menghadapi dampak banjir dan mencegah kerugian dan kerusakan, mengurangi biaya tanggap darurat hingga lebih dari separuhnya.
Bekerja sama dengan mitranya, WFP telah melindungi 1,5 juta orang di Mali, Mauritania, Burkina Faso, Zimbabwe, dan Gambia dari bencana kekeringan dengan asuransi risiko iklim, melalui Inisiatif Replika Kapasitas Risiko Afrika. [my/jm]