Reaksi beragam berupa terkejut, sedih dan sarkasme terus terdengar dari berbagai penjuru dunia terkait penyerbuan gedung Kongres AS hari Rabu oleh para pendukung Presiden Donald Trump yang marah atas kekalahannya dalam pemilihan presiden November lalu.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Kamis (7/1), mengecam serangan di jantung demokrasi Amerika itu setelah para pendukung Donald Trump menyerbu Gedung DPR AS atau Capitol di Washington DC. Steinmeier yang terkejut menyaksikan tayangan tersebut membandingkan penyerbuan itu dengan peristiwa ketika “penentang demokrasi menduduki tangga parlemen Reichstag” di Berlin bulan Agustus lalu.
“Ini adalah serangan di jantung demokrasi Amerika, serangan yang menewaskan empat orang. Tayangan-tayangan ini mengejutkan kita dan menunjukkan betapa rentannya demokrasi bahkan bagi demokrasi tertua dan paling berpengaruh di dunia,” komentarnya.
Kerusuhan dan pengrusakan yang terjadi di Gedung Capitol itu juga membuat warga di jalan-jalan Berlin, Kamis terkejut.
“Gila saya tinggal di sana selama tujuh tahun, saya punya banyak teman di Washington. Beberapa teman mengatakan sebelumnya hal seperti ini akan terjadi, mereka khawatir Presiden Trump akan menggunakan milisi, para penentang hasil pemilu. Sekarang seperti perang saudara, seperti sains fiksi,” seru Jan Muckel.
“Apa yang terjadi hari ini di Washington DC, bukanlah Amerika,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam pesan videonya di Twitter. “Kami percaya pada kekuatan demokrasi kami. Kami percaya pada kekuatan demokrasi Amerika.”
PM India Narendra Modi mengatakan ia “tertekan” melihat “kerusuhan dan kekerasan” di Washington dalam pernyataan yang dikeluarkan di akun Twitternya. “ Peralihan kekuasaan secara tertib dan damai harus berlanjut. Proses demokratis tidak boleh dibiarkan diubah melalui protes-protes yang melanggar hukum.”
Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan penyesalan terkait kekerasan itu dalam suatu pernyataan yang dilansir hari Kamis. Kementerian menyatakan telah mengirim pemberitahuan darurat kepada warga Taiwan “untuk meningkatkan level kesiagaan mereka dan menaruh perhatian pada keselamatan “ terkait jam malam yang diberlakukan para pejabat lokal di Washington.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Zahid Hafeez Choudhri mengatakan kepada para wartawan hari Kamis bahwa pemerintahnya dengan cermat mengikuti perkembangan di Washington. “Kami berharap situasi akan segera normal dan tidak akan berdampak terhadap proses transisi yang sedang berlangsung,” kata Choudhry.
Raoof Hasan, asisten khusus PM Pakistan Imran Khan, mengatakan kepada VOA, foto-foto para ekstremis yang pro-Trump memaksa masuk gedung DPR dan Senat sementara para anggota parlemen sedang menyertifikasi kemenangan presiden terpilih Joe Biden membuktikan bahwa Amerika Serikat “hanya memiliki sedikit legitimasi moral untuk mengomentari prinsip-prinsip demokrasi yang dicapai di negara-negara lain. “Jika AS melihat apa yang dilakukan AS di AS, AS akan menyerbu AS untuk membebaskan AS dari tirani AS,” tulis Hasan di Twitter.
Shariman Lockman, analis senior kajian keamanan dan kebijakan luar negeri di Institute of Strategic and International Studies di Malaysia, mengatakan kepada VOA bahwa kerusuhan “tidak membuat Amerika terlihat dalam keadaan terbaik.”
“Ini hanya menambah pikiran negatif yang telah dimiliki orang-orang mengenai Amerika. Anda tahu, Anda tidak bisa menangani COVID dan pemilu dengan baik. Anda, pemerintah AS, terus memberitahu kami bagaimana cara mengatur diri sendiri, tetapi Anda sendiri tidak dapat mengatur diri dengan benar,” kata Lockman.
BACA JUGA: Pemimpin Dunia Kutuk Kerusuhan Pro-Trump di Gedung Kongres ASMantan duta besar Inggris untuk Amerika, Christopher Meyer mengatakan kerusuhan hari Rabu di Gedung Capitol itu telah memberi “kepuasan luar biasa bagi sejumlah rezim” di seluruh dunia “yang tidak suka dikuliahi mengenai demokrasi dan hak asasi manusia.
“Saya kira telah terjadi kerusakan yang sangat serius dan akan memberi kepuasan luar biasa bagi rezim seperti China, Rusia dan kediktatoran lain di seluruh dunia, yang tidak suka dikuliahi oleh negara-negara demokrasi mengenai hak asasi manusia dan hak politik,” jelas Christopher Meyer.
Christopher Meyer, yang menjabat sebagai diplomat paling senior Inggris di Amerika antara 1997 hingga 2003 berpendapat kerusakan serius telah dilakukan pada demokrasi. “Banyak yang bergantung pada presiden berikutnya Joe Biden, seorang presiden dari Partai Demokrat dalam hal bagaimana ia memperbaiki kerusakan itu”, kata Meyer kepada media pemberitaan Sky News.
Ia juga menambahkan Presiden Donald Trump “sengaja mendukung” peristiwa-peristiwa ini melalui pidatonya.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Kamis (7/1) mengatakan kerusuhan yang dilakukan pendukung Donald Trump di Gedung DPR AS itu menunjukkan rentannya demokrasi negara Barat.
“Apa yang kita saksikan di Amerika kemarin (Rabu) malam dan hari ini menunjukkan di atas semuanya, bagaimana lemah dan rentannya demokrasi Barat. Landasannya tidak kuat,” komentarnya.
Warga di Teheran, Kamis (7/1) juga bereaksi atas perilaku pendukung Trump yang berusaha untuk mengubah hasil pemilu presiden. Siavash Nasiri penduduk Teheran mengatakan kerusuhan itu adalah tindakan irasional pendukung Trump dan menambahkan perilaku Trump “bisa digambarkan sebagai kekanak-kanakan”.
Para perusuh itu dipicu oleh Trump yang selama berminggu-minggu dengan tidak benar menyerang integritas pemilu dan mendorong pendukungnya untuk datang ke Washington guna memprotes persetujuan resmi DPR atas kemenangan Joe Biden sebagai Presiden AS berikutnya.
BACA JUGA: Pasca-Kericuhan di Capitol, 2 Pejabat Gedung Putih Mengundurkan DiriDi Korea Selatan, anggota senior di parlemen dari partai Demokrat yang berkuasa, Song Young-gil, menulis di Facebook bahwa insiden itu “mengungkapkan sisi Amerika Serikat yang memalukan.”
“Perilaku ini dapat dimanfaatkan oleh para diktator yang hanya ingin menjustifikasikan perilaku mereka,” lanjut Song tanpa merincinya. “Saya ingin melihat Amerika memulihkan sistemnya,” ujar Song lagi.
“Pemandangan memalukan di Kongres AS. Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia dan sekarang sangat penting bahwa harus ada peralihan kekuasaan yang damai dan tertib,” cuit PM Inggris Boris Johnson.
Para pejabat Uni Eropa mengindikasikan dukungan mereka untuk Biden pada hari Rabu, sementara ekstremis pro-Trump memaksa Capitol Hill melakukan lockdown atau menutup kawasan itu, mengganggu proses sertifikasi kemenangan Biden dalam pemilihan presiden. [uh/ab, my/jm]