Presiden Filipina Rodrigo Duterte berencana menanyakan kepada China mengenai tujuan negara itu di Laut China Selatan dan apakah negara-negara ASEAN diizinkan untuk secara bebas berlayar di wilayah strategis yang masih dalam sengketa.
Duterte akan menyampaikan pertanyaan ini dalam forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang berlangsung minggu ini.
Selama hampir 18 bulan menjabat, Duterte umumnya tidak melakukan pendekatan konfrontasi terhadap Beijing mengenai klaimnya yang tumpang-tindih dengan negara lain di Laut Cina Selatan.
Juru Bicara Kepresidenan, Ernesto Abella, menjelaskan pada Oktober 2016 bahwa konfrontasi bukan kepentingan Filipina. Oleh karena itu, Duterte "berkomitmen terhadap proses keterlibatan dan negosiasi" yang akan memastikan hak-hak Filipina akan dihormati dan dilindungi.
Scott Harold, Wakil Direktur RAND Corporation Pusat Kebijakan Asia Pasifik, mengatakan rencana Duterte untuk mengungkap masalah ini adalah strategi dia untuk bersikap "jual mahal" terhadap Amerika dan pada saat yang sama mengatakan mengatakan pada China agar tidak berbuat semena-mena.
"Jika dia ingin mendapat sumber daya alam atau komitmen ... atau tampak cukup patriotik, nasionalis, atau apa pun yang dia lakukan... dia perlu membela klaim Filipina," kata Harold.
Sementara Duterte tidak membesar-besarkan keputusan Mahkamah Arbitrasi (PCA) pada Juli 2016 yang mendukung klaim Filipina, Harold mengatakan Duterte juga harus meyakinkan pendukungnya bahwa ia sudah cukup bertindak untuk mendapat kepercayaan mereka. [my/al]