Dwibahasa Bisa Tingkatkan Kemampuan Kognitif

  • Rosanne Skirble

Sebuah penelitian baru di AS menemukan, orang tua yang berbicara dua bahasa bisa mengaktifkan otak mereka hampir sama seperti pada kelompok usia muda (foto: dok).

Sebuah penelitian baru di AS menyatakan, orang tua yang berbicara dua bahasa sejak kecil menunjukkan kemampuan kognitif yang menonjol dibandingkan dengan yang berbicara satu bahasa.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mampu berbicara dua bahasa nampaknya baik bagi perkembangan ketrampilan mental yang tinggi. Penelitian baru membuktikan keuntungan kognitif di kalangan orang tua yang berbicara dua bahasa, menurut penyusun utama hasil penelitian itu Brian Gold, pakar ilmu syaraf pada University of Kentucky College of Medicine.

Ia mengatakan, “Apa keuntungan orang yang mampu berbicara dua bahasa? Apakah karena mereka mengaktifkan bagian-bagian otak berbeda yang melakukan tugas pengendalian kognitif? Atau apakah karena mereka menggunakan otak secara lebih efisien?”

Para peserta penelitian diminta memilah warna dan bentuk dalam serangkaian latihan kognitif sederhana. Gold dan para sejawatnya menggunakan teknik menyerupai cara kerja otak untuk membandingkan yang mana dari ketiga kelompok, yaitu orang tua yang berbicara dua bahasa, orang tua yang berbicara satu bahasa, dan dewasa muda, yang secara baik bisa bergantian melakukan tugas pengendalian kognitif ini. Hasil pengamatan menunjukkan pola kegiatan otak yang berbeda dalam bagian depan otak terkait tugas-tugas itu.

“Kami menemukan, orang tua yang berbicara dua bahasa bisa mengaktifkan otak mereka hampir sama seperti pada kelompok muda. Mereka mudah melakukan itu, dan kemampuan ini melampaui kemampuan orang tua yang berbicara satu bahasa. Ini menunjukkan mereka menggunakan otak secara lebih efisien,” papar Gold lagi.

Gold mengatakan kelompok muda yang berbicara dua bahasa juga menunjukkan kemampuan melebihi kedua kelompok orang tua itu.

Ia mengatakan, pengamatannya menegaskan penelitian sebelumnya mengenai kemampuan bicara dua bahasa di kalangan penderita Alzheimer. Penelitian itu menunjukkan, kemampuan itu bisa mengakibatkan lebih banyak atropia dari penyakit yang menyerang fungsi otak, namun mereka bisa berfungsi pada tingkat kognitif yang sama seperti penderita yang punya lebih sedikit atropia.

Gold mengatakan, penelitian itu menegaskan kemampuan dwibahasa bisa memainkan peran penting dalam fungsi otak.

Penelitian itu diterbitkan dalam The Journal of Neuroscience.