Presiden Pantai Gading telah sepakat untuk merundingkan diakhirnya secara damai krisis politik mengenai pemilu bulan November yang disengketakan. Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat atau ECOWAS mengatakan Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut tanpa syarat.
Pernyataan ECOWAS mengatakan Gbagbo juga akan mencabut blokadenya atas hotel di mana mantan perdana menteri Alassane Ouattara tinggal sejak komisi pemilu Pantai Gading memutuskan Ouattara sebagai pemenang pemilu bulan November itu.
Pengumuman tersebut menyusul pembicaraan hari Senin antara Gbagbo dan presiden Sierra Leone, Benin, dan Cape Verde serta mediator Uni Afrika untuk krisis tersebut, Perdana Menteri Kenya Raila Odinga.
Namun, persetujuan Gbagbo untuk merundingkan diakhirinya krisis secara damai tidak mengubah tuntutan para pemimpin Afrika Barat agar ia menyerahkan kekuasaannya.
Aliansi ECOWAS dan Uni Afrika menolak segala bentuk perjanjian pembagian kekuasaan antara Gbagbo dan Ouattara karena mereka mengatakan Ouattara adalah presiden yang terpilih secara sah.
Jadi tujuan utama negosiasi lebih lanjut adalah untuk mengatur keberangkatan Gbagbo. Para pejabat Amerika menyebutkan kemungkinan kepindahan Gbagbo ke negara bagian Amerika, Georgia, di mana sejumlah saudaranya tinggal.
Ketua ECOWAS, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, mengatakan ketegangan politik di Pantai Gading masih jauh dari selesai dan berharap pengalaman Perdana Menteri Odinga dengan pemilu yang disengketakan di Kenya mungkin bisa membantunya membujuk Gbagbo untuk turun dari kekuasaan.
Presiden Jonathan menegaskan, "Jangan mengira jika ada krisis besar di sebuah negara kita bisa berunding dalam satu minggu lalu masalah itu selesai. Dibutuhkan banyak tekanan internasional untuk meyakinkan orang-orang seperti itu. Itulah sebabnya Perdana Menteri Kenya, juga merupakan bagian dari tim yang dipilih oleh Uni Afrika untuk berbagi pengalaman itu dengan mereka. Tapi biasanya hal-hal semacam itu tidak bisa selesai dalam satu minggu."
ECOWAS masih mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menggulingkan Gbagbo, yang mendapat dukungan dari tentara nasional. Karena itu perjuangan memperebutkan kekuasaan di Abidjan akan sangat mahal.