Ekonomi AS Tumbuh Lebih Cepat, Tapi Belum Penuhi Harapan

Laporan terbaru menunjukkan ekonomi AS tumbuh 3,2 persen pada kuartal terakhir 2010. Walaupun ini kabar baik, tingkatannya belum cukup untuk meredam pengangguran.

Peningkatan ekspor dan belanja konsumen dalam negeri mendorong perekonomian Amerika tumbuh lebih cepat di penghujung 2010. Demikian menurut Departemen Perdagangan AS yang melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal keempat naik 3,2 persen.

Ekonom memandang ini sebagai pertanda baik bahwa kekhawatiran akan adanya resesi babak kedua tuntas sudah. "Percakapan sekarang sudah beralih menjadi bagaimana menciptakan perbaikan ekonomi yang berkesinambungan dan mudah-mudahan sekarang sudah menjadi fase ekspansi," ujar Kevin Flanagan, analis dari Morgan Stanley.

Belanja konsumen yang porsinya 70 persen dari perekonomian Amerika meningkat 4,5 persen di kuartal keempat. Selain itu, penjualan produk AS bagi pasaran asing melonjak 10 persen.

Pertumbuhan kedua indikator tersebut, menurut Menteri Keuangan Timothy Geithner, menunjukkan membaiknya kepercayaan pasar akan perbaikan ekonomi AS. Tapi, ia juga mewanti-wanti bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini masih belum cukup untuk menurunkan tingkat pengangguran nasional yang masih tinggi.

Walaupun sempat menyentuh titik psikologis 12.000 pada hari Rabu (1/26), tapi pada hari terakhir perdagangan pekan lalu (1/28) indeks Dow Jones merosot 150 poin.

"Yang kita saksikan bukan ekspansi yang memungkinkan penurunan tingkat pengangguran dengan cepat. Tapi, saya rasa tingkat kepercayaan kini sudah meningkat, sehingga kita dapat menghindari resiko terjerumus kembali ke dalam resesi," menurut Geithner.

Secara keseluruhan, perekonomian AS tumbuh tiga persen tahun lalu, peningkatan tajam dari tahun 2009 di mana ekonomi menciut sebesar dua persen. Walaupun begitu, angka PDB kuartal IV ini masih sedikit di bawah perkiraan pasar yang mengharapkan setidaknya 3,5 persen pertumbuhan. Indeks Dow Jones pada penutupan pekan lalu merosot 150 poin, tetapi analis meyakini bahwa penurunan tersebut lebih didorong oleh meningkatnya harga minyak bumi dan kekhawatiran akan krisis di Timur Tengah.